Tafsir Indonesia Depag Surah Ali 'Imran 35
(Ingatlah), ketika isteri Imran berkata: `Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.`(QS. 3:35)
Pada ayat yang lalu Allah menerangkan bahwa antara dua keluarga besar itu yakni keluarga Ibrahim dan keluarga Imran yang satu sama lain jalin menjalin, maka pada ayat ini Allah menerangkan kisah salah seorang keturunan mereka yang terkemuka yakni istri Imran yang sedang hamil. Ia menazarkan anak yang masih dalam kandungannya itu untuk dijadikan abdi yang selalu berkhidmat untuk beribadah di Baitulmakdis. Dia tidak akan membebani lagi suatupun pada anaknya itu nanti, karena anak itu semata-mata telah diikhlaskan untuk berbakti di sana.
Pada akhir ayat 34 telah dijelaskan bahwa Allah Maha Mendengar apa yang diucapkan oleh istri `Imran itu, Maha Mengetahui niatnya yang suci, dan mendengar pujiannya kepada Allah ketika ia bermunajat. Hal-hal inilah yang menyebabkan doanya terkabul, dan harapannya terpenuhi sebagai karunia dan kebaikan dari Allah
Di dalam beberapa ayat ini dua kali disebut nama Imran. Yang pertama adalah ayat 33 yaitu Imran ayah Nabi Musa as; sedang yang kedua adalah pada ayat 35, yaitu Imran ayah Maryam. Jarak antara kedua orang itu kurang lebih 1800 tahun.
Ayat ini menunjukkan bahwa ibu boleh menazarkan anaknya, dan boleh mengambil manfaat dengan anaknya itu untuk dirinya sendiri. Dan pada ayat ini terdapat pula pelajaran, yaitu hendaknya kita berdoa kepada Allah agar anak kita menjadi seorang yang rajin beribadah dan berguna bagi agamanya, seperti doa Zakaria yang dikisahkan oleh Allah dalam Alquran.
Setelah istri Imran melahirkan, dan ternyata yang lahir itu perempuan padahal yang diharapkan anak laki-laki, nampaklah diwajahnya kesedihan dan putuslah harapannya untuk melaksanakan nazarnya, Dia berkata: "Ya Tuhanku, Aku melahirkan anak perempuan". Seolah-olah dia memohon ampun kepada Tuhan, bahwa anak perempuan itu tidak patut memenuhi nazarnya yaitu berkhidmat di Baitulmakdis. Tetapi Allah SWT lebih mengetahui martabat bayi perempuan yang dilahirkan itu, bahkan dia jauh lebih baik dari bayi laki-laki yang dimohonkannya.
إِذْ قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Pada ayat yang lalu Allah menerangkan bahwa antara dua keluarga besar itu yakni keluarga Ibrahim dan keluarga Imran yang satu sama lain jalin menjalin, maka pada ayat ini Allah menerangkan kisah salah seorang keturunan mereka yang terkemuka yakni istri Imran yang sedang hamil. Ia menazarkan anak yang masih dalam kandungannya itu untuk dijadikan abdi yang selalu berkhidmat untuk beribadah di Baitulmakdis. Dia tidak akan membebani lagi suatupun pada anaknya itu nanti, karena anak itu semata-mata telah diikhlaskan untuk berbakti di sana.
Pada akhir ayat 34 telah dijelaskan bahwa Allah Maha Mendengar apa yang diucapkan oleh istri `Imran itu, Maha Mengetahui niatnya yang suci, dan mendengar pujiannya kepada Allah ketika ia bermunajat. Hal-hal inilah yang menyebabkan doanya terkabul, dan harapannya terpenuhi sebagai karunia dan kebaikan dari Allah
Di dalam beberapa ayat ini dua kali disebut nama Imran. Yang pertama adalah ayat 33 yaitu Imran ayah Nabi Musa as; sedang yang kedua adalah pada ayat 35, yaitu Imran ayah Maryam. Jarak antara kedua orang itu kurang lebih 1800 tahun.
Ayat ini menunjukkan bahwa ibu boleh menazarkan anaknya, dan boleh mengambil manfaat dengan anaknya itu untuk dirinya sendiri. Dan pada ayat ini terdapat pula pelajaran, yaitu hendaknya kita berdoa kepada Allah agar anak kita menjadi seorang yang rajin beribadah dan berguna bagi agamanya, seperti doa Zakaria yang dikisahkan oleh Allah dalam Alquran.
Setelah istri Imran melahirkan, dan ternyata yang lahir itu perempuan padahal yang diharapkan anak laki-laki, nampaklah diwajahnya kesedihan dan putuslah harapannya untuk melaksanakan nazarnya, Dia berkata: "Ya Tuhanku, Aku melahirkan anak perempuan". Seolah-olah dia memohon ampun kepada Tuhan, bahwa anak perempuan itu tidak patut memenuhi nazarnya yaitu berkhidmat di Baitulmakdis. Tetapi Allah SWT lebih mengetahui martabat bayi perempuan yang dilahirkan itu, bahkan dia jauh lebih baik dari bayi laki-laki yang dimohonkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.