Tafsir Surah An Nisaa 119

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah An-Nisaa' 119


وَلأُضِلَّنَّهُمْ وَلأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الأَنْعَامِ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللّهِ وَمَن يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِّن دُونِ اللّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُّبِينًا

dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar- benar memotongnya [351], dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya [352]". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.

[351] Menurut kepercayaan Arab Jahiliyah, binatang-binatang yang akan dipersembahkan kepada patung-patung berhala, haruslah dipotong telinganya lebih dahulu, dan binatang yang seperti ini tidak boleh dikendarai dan tidak dipergunakan lagi, serta harus dilepaskan saja.
[352] Merubah ciptaan Allah dapat berarti, mengubah yang diciptakan Allah seperti mengebiri binatang. Ada yang mengartikannya dengan merubah agama Allah.

Pada ayat ini Allah SWT, menerangkan pula tindakan-tindakan dan usaha setan dalam menggunakan kesediaan untuk berbuat jahat yang ada pada manusia, agar cita-citanya mencelakakan manusia itu dapat tercapai yaitu dengan:

1. Berusaha memalingkan manusia dari kepercayaan yang benar dengan mengaburkan petunjuk Allah dan jalan yang benar, sehingga mereka tersesat dan menempuh jalan yang diinginkan setan.

2. Berusaha memperdayakan pikiran manusia dengan khayalan-khayalan yang mustahil terjadi dan dengan angan-angan kosong, sehingga mereka memandang baik perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah SWT, serta menanamkan di dalam hati dan pikirannya bahwa kesenangan hidup di dunia itu adalah kesenangan yang pasti tercapai sedang kesenangan dan kebahagiaan di akhirat adalah kesenangan yang diragukan adanya.

3. Berusaha menyesatkan manusia dengan menjadikan mereka memandang haram suatu perbuatan yang halal, sebaliknya memandang halal sesuatu perbuatan yang haram, sebagaimana yang terdapat di kalangan Arab jahiliah. Menurut kepercayaan Arab jahiliah sebagian binatang-binatang yang akan diharamkan dipotong telinganya.

Bila binatang itu telah dipotong telinganya berarti binatang itu telah menjadi kepunyaan berhala, karena itu tidak boleh lagi dikendarai atau dipergunakan untuk sesuatu keperluan; binatang itu dibiarkan lepas tidak boleh diganggu.

4. Mengubah ciptaan Allah ialah mengubah ketentuan-ketentuan yang telah diciptakan Allah SWT. seperti mengebiri orang laki-laki agar ia dapat dijadikan penjaga istri-istri atau budak-budak perempuan seorang pembesar, sebagaimana yang banyak dilakukan di negeri-negeri Arab zaman dahulu. Menurut sebahagian ahli tafsir, yang dimaksud dengan ciptaan Allah ialah agama Allah, karena agama Allah itu telah menjadi fitrah bagi manusia. Allah berfirman:

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ 

Artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah, tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah; itulah agama Allah yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Manusia diciptakan Allah SWT, mempunyai fitrah beragama tauhid, mengakui keesaan Allah; tidak bersekutu dengan sesuatupun, hanya Allah saja yang berhak disembah. Seandainya ada manusia tidak mengakui keesaan Allah, berarti pengaruh lingkungan alam sekitarnya telah mengalahkan fitrahnya. Termasuk yang mempengaruhi manusia itu ialah usaha setan untuk melenyapkan naluri itu, sebagai yang disebutkan hadis:

قال: رسول الله صلى الله عليه وسلم: قال عز وجل: إني خلقت عبادي حنفاء فجاءتهم الشياطين فاحتالتهم عن دينهم وحرمت ما أحللت عليهم 

Artinya:
"Bersabda Rasulullah saw berfirman Allah Azza wajalla sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku cenderung kepada (agama-Ku), maka datanglah kepada mereka setan, lalu setan itu memalingkan mereka dari agamanya dan ia mengharamkan apa yang telah Aku halalkan bagi mereka. "
(H.R. Muslim dari Ijad bin Himar)

Pada akhir ayat ini Allah memperingatkan hamba-Nya dengan pernyataan bahwa barangsiapa yang mengikuti bisikan, tipu daya dan keinginan setan berarti dia telah jauh dari rahmat dan karunia-Nya, dan telah merugi di dunia dan di akhirat, karena setan itu selalu berusaha menggunakan segala kelemahan manusia untuk melaksanakan janjinya kepada Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.