Tafsir Surah An Nisaa 80

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah An-Nisaa' 80


مَّنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللّهَ وَمَن تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا

Barangsiapa yang menta'ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta'ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta'atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka [321].

[321] Rasul tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan tidak menjamin agar mereka tidak berbuat kesalahan.

Perintah dan larangan Rasul yang tidak menyangkut urusan keagamaan umpamanya yang berhubungan dengan keduniaan seperti soal-soal pertanian dan pertahanan, maka Rasul sendiri bersedia menerima pendapat dari sahabatnya yang lebih mengetahui masalahnya.

Menurut sejarah dalam menjaga kesopanan terhadap Rasul para sahabat bertanya lebih dahulu apakah hal itu datangnya dari Allah atau pendapat Rasul sendiri. Jika ditegaskan oleh Rasul bahwa ini adalah dari Allah maka mereka menaati tanpa ragu-ragu dan jika dikatakan bahwa ini pendapat Muhammad maka para sahabat mengemukakan pula pendapat mereka. Peristiwa ini pernah terjadi ketika sahabat menghadapi perintah Rasul dalam memilih suatu tempat untuk kepentingan strategi pertahanan ketika peperangan Badar. Jadi pada hakikatnya perintah atau larangan Rasul dalam hal-hal di luar agama tidaklah ! berfungsi wajib atau haram, tetapi fungsinya sekadar anjuran.

Ketika menerangkan sebab turunnya ayat ini Muqatil meriwayatkan bahwa ketika Nabi pernah bersabda:

من أحبني فقد أحب الله ومن أطاعني فقد أطاع الله قال المنافقون: ألا تسمعون إلى ما يقول لهذا الرجل ? لقد فارق الشرك قد نهى أن نعبد غير الله ويريد أن نتخذه ربا كما اتخذت النصارى عيسى فأنزل الله هذه الآية

Artinya:
"Barangsiapa mencintai aku sesungguhnya ia mencintai Allah. Dan barangsiapa yang menaati aku sesungguhnya ia menaati Allah. Orang munafik berkata: "Tidakkah kamu mendengar kata laki-laki ini (Muhammad)?. Sesungguhnya ia telah mendekati syirik. Sesungguhnyo ia melarang kita menyembah selain Allah dan ia menghendaki kita menjadikannya tuhan sebagaimana orang-orang Nasrani menjadikan Isa tuhan. Maka Allah menurunkan ayat ini.
(H.R. Muqatil)

Ayat ini menerangkan bahwa menaati Rasul tidak dapat disamakan dengan syirik, karena Rasul hanya sekadar penyampai perintah Allah. Dengan demikian menaati Rasul adalah menaati Allah. bukan mempersekutukannya dengan Allah.

Di dalam tafsir Al Maragi dijelaskan bahwa syirik itu terdiri dari dua macam:

Pertama: yang terkenal dengan syirik uluhiah, yaitu mempercayai adanya sesuatu yang selain Allah yang mempunyai kekuatan gaib dan dapat memberi manfaat dan memberi mudarat Kedua: syirik rububiah, mempercayai bahwa ada sesuatu selain Allah yang mempunyai hak menetapkan hukum haram dan halal, sebagaimana orang Nasrani memandang hak tersebut ada -pada pendeta-pendeta mereka. Orang mukmin sejati berpendirian: tunduk hanya kepada Allah sebagai Pencipta dan tiada sesuatupun makhluk Tuhan yang mempunyai kekuatan gaib yang dapat memberi manfaat dan mudarat dan tidak ada di antara makhluk Tuhan yang berhak menetapkan hukum haram dan halal karena semua makhluk Tuhan tunduk kepada kehendak Nya.

Selanjutnya dalam ayat ini Allah menghendaki agar supaya Rasul-Nya (Muhammad) tidak mengambil tindakan kekerasan atau tindakan paksaan terhadap orang yang tidak menaatinya, karena ia diutus hanya untuk sekadar menyampaikan berita gembira dan ancaman. Keimanan manusia pada kerasulannya tidak digantungkan kepada paksaan tetapi kepada kesadaran setelah menggunakan pikiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.