Tafsir Indonesia Depag Surah An-Nisaa' 125
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لله وَهُوَ مُحْسِنٌ واتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus ? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.
Ayat ini menerangkan bahwa tidak ada seorangpun yang lebih baik agamanya dari orang yang memurnikan ketaatan dan ketundukannya hanya pada Allah saja, ia mengerjakan kebaikan dan mengikuti agama Ibrahim. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa ada tiga macam ukuran yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan ketinggian suatu agama dan keadaan pemeluknya, yaitu agama yang memerintahkan:
1. Menyerahkan din kepada Allah SWT.
2. Mengerjakan kebaikan dan
3. Mengikuti agama Ibrahim yang hanif.
Seseorang dikatakan menyerahkan dirinya kepada Allah SWT, jika ia menyerahkan seluruh jiwa dan raganya serta seluruh kehidupannya kepada Allah karena menginsafi kekuasaan Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang terhadap dirinya dan seluruh alam ini. Karena itu ia hanya berdoa memohon, meminta pertolongan dan merasa dirinya terikat hanya kepada Allah saja. Ia langsung berhubungan dengan Allah SWT tanpa ada sesuatupun yang menghalanginya. Untuk mencapai yang demikian seseorang harus mengetahui dan mempelajari; Sunah Rasul dan Sunnatullah yang berlaku di alam ini, Kemudian diamalkannya karena semata-mata mencari keridaan Allah.
Jika seseorang benar-benar menyerahkan dirinya kepada Allah SWT, maka ia akan melihat dan merasakan sesuatu di waktu melaksanakan ibadahnya, sebagaimana yang dilukiskan Rasulullah saw.:
قال: ما الإحسان؟ قال: أن تعبد الله كأنك تراه وإن لم تكن تراه فإنه يراك
Artinya:
Jibril bertanya (kepada Rasulullah): "Apakah ihsan itu?" Rasulullah saw menjawab: "Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau"
(H.R. Jamaah perawi Hadis)
Mengerjakan kebaikan adalah manifestasi dari pada berserah diri kepada Allah SWT. Makin sempurna penyerahan diri itu, makin baik dan sempurna pula amal yang dikerjakannya. Ia mengerjakan sesuatu dengan sebaik-baiknya. Di samping mengerjakan yang wajib-wajib, ia ingin pula melengkapi dengan yang sunah dengan sempurna, sesuai dengan kesanggupannya.
Mengikuti agama Ibrahim yang hanif maksudnya ialah mengikuti agama Ibrahim yang lurus yang percaya kepada keesaan Allah, yaitu kepercayaan yang benar dan lurus.
Allah SWT berfirman:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku". Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya, supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.
(Q.S. Az Zukhruf: 26-28)
Sekalipun ayat ini memihak agar mengikuti agama Ibrahim, bukanlah berarti bahwa Ibrahimlah yang pertama kali membawa kepercayaan tauhid, sedang agama yang di bawa oleh para nabi sebelumnya tidak berasaskan tauhid. Maksud perintah mengikuti agama Nabi Ibrahim ialah untuk menarik perhatian bangsa Arab, sebagai bangsa yang pertama kali menerima seruan Agama Islam. Ibrahim as dan Ismail adalah nenek moyang bangsa Arab.
Bangsa Arab waktu itu amat senang mendengar perkataan yang menjelaskan bahwa mereka adalah pengikut agama Nabi Ibrahim, sekalipun mereka telah menjadi penyembah berhala. Dengan menghubungkan agama yang di bawa Nabi Muhammad saw, dengan agama yang di bawa Nabi Ibrahim akan menarik hati dan menyadarkan bangsa Arab bahwa selama ini mereka telah mengikuti jalan yang sesat.
Allah SWT berfirman:
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى
Artinya:
Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nabi Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa.
(Q.S. Asy Syura: 13)
Dari ayat ini dipahami bahwa agama yang dibawa Nabi Muhammad bukan saja sesuai dengan agama yang dibawa Nabi Ibrahim as., tetapi juga berhubungan dan seasas dengan agama yang dibawa oleh Nabi Musa dan Nabi Isa yang diutus sesudah Nabi Ibrahim. Demikian pula Agama Islam berhubungan dan seasas dengan agama yang dibawa oleh nabi-nabi Allah yang dahulu.
Perintah mengikuti agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim di sini adalah karena kehidupan Ibrahim dan putranya Ismail dapat dijadikan suri teladan yang baik serta mengingatkan kepada pengorbanan yang telah dilakukannya dalam menyiarkan agama Allah. Hal ini dapat pula dijadikan iktibar oleh kaum Muslimin dalam menghadapi orang-orang kafir yang selalu berusaha menghancurkan Islam dan kaum Muslimin.
Pada akhir ayat ini Allah menerangkan bahwa Ibrahim as. telah menjadi kesayangan-Nya, karena kekuatan iman, ketinggian budi pekertinya dan keikhlasan serta pengorbanannya dalam menegakkan Agama Allah. Seakan-akan Allah SWT, menyatakan bahwa orang-orang yang mengikuti jejak dan langkah Nabi Ibrahim dan hal ini nampak dalam tingkah laku dan budi pekertinya berhak menamakan dirinya sebagai pengikut Ibrahim. Bukan seperti orang-orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang musyrik Mekah yang mengaku sebagai pengikut Nabi Ibrahim, tetapi mereka tidak mengikuti agama yang dibawanya dan tidak pula mencontoh budi pekertinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.