Tafsir Indonesia Depag Surah Ali 'Imran 26
Katakanlah: `Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. 3:26)
Dalam ayat ini Allah menyuruh Nabi Nya untuk menyatakan bahwa Allah lah Yang Maha Suci yang mempunyai kekuasaan tertinggi dan Maha Bijaksana dengan tindakan Nya yang sempurna di dalam menyusun, mengurus, dan merampungkan segala perkara dan yang menegakkan neraca undang-undang umum di alam ini. Maka Allah lah yang memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki Nya di antara hamba-hamba Nya. Ada kalanya Allah memberikan itu bersamaan dengan pangkat kenabian seperti keluarga Ibrahim, dan ada kalanya hanya memberikan pemerintahan saja menurut hukum kemasyarakatan yaitu dengan menyusun kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa. Dan Allah juga yang mencabut pemerintahan dari orang-orang yang Dia kehendaki disebabkan mereka berpaling dari jalan yang lurus, jalan yang dapat memelihara pemerintahan, karena meninggalkan keadilan, berlaku curang dalam pemerintahan. Demikianlah hal itu telah berlaku pula terhadap Bani Israel dan lain-lain bangsa disebabkan kelaliman dan kerusakan budi mereka.
Allah jualah yang memberi kekuasaan kepada orang yang Dia kehendaki, dan menghinakan orang yang Dia kehendaki. Orang yang diberi kekuasaan ialah orang yang didengar tutur katanya, banyak penolongnya menguasai jiwa manusia-dengan wibawanya dan ilmunya yang berguna bagi manusia. serta mempunyai keluasan rezeki serta berbuat baik kepada segenap manusia.
Adapun orang yang mendapat kehinaan ialah orang yang rendah jiwanya dan merasa lemah membela kehormatan lagi tidak mampu mengusir musuhnya yang menyerbu dan tidak bersatu padu padahal tidak ada satu kemuliaanpun dapat dicapai tanpa persatuan untuk menegakkan kebenaran dan menentang kelaliman.
Apabila masyarakat telah bersatu dan berjalan menurut sunatullah, berarti mereka telah menyiapkan segala sesuatu untuk menghadapi segala kemungkinan. Banyak sedikitnya bilangan sesuatu umat tidaklah menjamin untuk mewujudkan kekuasaan dan menghimpun kekuatan. Orang-orang musyrik Mekah, orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik Arab telah tertipu oleh banyaknya pengikut dibanding dengan pengikut Rasulullah saw, padahal yang demikian itu tidak mendatangkan faedah bagi mereka sedikitpun. Sebagaimana firman Allah:
Artinya:
"Mereka berkata "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, pastilah orang-orang yang kuat mengusir orang-orang yang lemah dari padanya. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi rasul Nya dan bagi orang-orang mukmin. Tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui".
(Q.S Al Munafiqun: 8)
Fakta-fakta sejarah menjadi bukti bahwa jumlah yang banyak saja tidaklah menunjukkan kekuatan. Lihatlah bangsa-bangsa timur, mereka berjumlah banyak tetapi dapat dikuasai oleh bangsa-bangsa barat yang berjumlah lebih sedikit disebabkan merajalelanya kebodohan di timur dan permusuhan atau perpecahan yang terjadi di antara sesama mereka.
Dalam ayat ini Allah menerangkan pula bahwa segala kebajikan terletak ditangan Nya baik kenabian, kekuasaan ataupun kekayaan. Ini menunjukkan bahwa Allah sendirilah yang memberikannya menurut kemauan Nya. Tidak ada seorangpun yang memiliki kebajikan itu selain Allah. Dalam ayat ini hanya disebutkan kebajikan saja sebenarnya segala yang buruk dan jahat juga ada di bawah kekuasaan Allah. Hal ini dipahami dari pernyataan Allah bahwa Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam ayat ini disebutkan kebajikan saja karena disesuaikan dengan keadaan. Keadaan yang mendorong orang-orang kafir menentang dan meremehkan dakwah Nabi Muhammad saw ialah kemiskinan beliau, kelemahan pengikut-pengikutnya serta kecilnya bilangan mereka. Maka oleh sebab itu Allah menyuruh Nabi untuk berlindung kepada Yang memiliki segala kerajaan. Yang di tangan-Nya segala kekuasaan dan kemuliaan, Allah mengingatkan Rasulullah bahwa seluruh kebaikan dan kekayaan ada di tangan Nya. Maka tidak ada yang dapat mengahalangi Nya apabila Dia memberikan kemiskinan dan kekayaan kepada Nabi Nya atau kepada orang-orang yang mukmin yang dikehendaki Nya. Sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam firman Nya:
Artinya:
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)
(Q.S Al Qasas: 5)
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dalam ayat ini Allah menyuruh Nabi Nya untuk menyatakan bahwa Allah lah Yang Maha Suci yang mempunyai kekuasaan tertinggi dan Maha Bijaksana dengan tindakan Nya yang sempurna di dalam menyusun, mengurus, dan merampungkan segala perkara dan yang menegakkan neraca undang-undang umum di alam ini. Maka Allah lah yang memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki Nya di antara hamba-hamba Nya. Ada kalanya Allah memberikan itu bersamaan dengan pangkat kenabian seperti keluarga Ibrahim, dan ada kalanya hanya memberikan pemerintahan saja menurut hukum kemasyarakatan yaitu dengan menyusun kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa. Dan Allah juga yang mencabut pemerintahan dari orang-orang yang Dia kehendaki disebabkan mereka berpaling dari jalan yang lurus, jalan yang dapat memelihara pemerintahan, karena meninggalkan keadilan, berlaku curang dalam pemerintahan. Demikianlah hal itu telah berlaku pula terhadap Bani Israel dan lain-lain bangsa disebabkan kelaliman dan kerusakan budi mereka.
Allah jualah yang memberi kekuasaan kepada orang yang Dia kehendaki, dan menghinakan orang yang Dia kehendaki. Orang yang diberi kekuasaan ialah orang yang didengar tutur katanya, banyak penolongnya menguasai jiwa manusia-dengan wibawanya dan ilmunya yang berguna bagi manusia. serta mempunyai keluasan rezeki serta berbuat baik kepada segenap manusia.
Adapun orang yang mendapat kehinaan ialah orang yang rendah jiwanya dan merasa lemah membela kehormatan lagi tidak mampu mengusir musuhnya yang menyerbu dan tidak bersatu padu padahal tidak ada satu kemuliaanpun dapat dicapai tanpa persatuan untuk menegakkan kebenaran dan menentang kelaliman.
Apabila masyarakat telah bersatu dan berjalan menurut sunatullah, berarti mereka telah menyiapkan segala sesuatu untuk menghadapi segala kemungkinan. Banyak sedikitnya bilangan sesuatu umat tidaklah menjamin untuk mewujudkan kekuasaan dan menghimpun kekuatan. Orang-orang musyrik Mekah, orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik Arab telah tertipu oleh banyaknya pengikut dibanding dengan pengikut Rasulullah saw, padahal yang demikian itu tidak mendatangkan faedah bagi mereka sedikitpun. Sebagaimana firman Allah:
يقولون لئن رجعنا إلى المدينة ليخرجن الأعز منها الأذل ولله العزة ولرسوله وللمؤمنين ولكن المنافقين لا يعلمون
Artinya:
"Mereka berkata "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, pastilah orang-orang yang kuat mengusir orang-orang yang lemah dari padanya. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi rasul Nya dan bagi orang-orang mukmin. Tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui".
(Q.S Al Munafiqun: 8)
Fakta-fakta sejarah menjadi bukti bahwa jumlah yang banyak saja tidaklah menunjukkan kekuatan. Lihatlah bangsa-bangsa timur, mereka berjumlah banyak tetapi dapat dikuasai oleh bangsa-bangsa barat yang berjumlah lebih sedikit disebabkan merajalelanya kebodohan di timur dan permusuhan atau perpecahan yang terjadi di antara sesama mereka.
Dalam ayat ini Allah menerangkan pula bahwa segala kebajikan terletak ditangan Nya baik kenabian, kekuasaan ataupun kekayaan. Ini menunjukkan bahwa Allah sendirilah yang memberikannya menurut kemauan Nya. Tidak ada seorangpun yang memiliki kebajikan itu selain Allah. Dalam ayat ini hanya disebutkan kebajikan saja sebenarnya segala yang buruk dan jahat juga ada di bawah kekuasaan Allah. Hal ini dipahami dari pernyataan Allah bahwa Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam ayat ini disebutkan kebajikan saja karena disesuaikan dengan keadaan. Keadaan yang mendorong orang-orang kafir menentang dan meremehkan dakwah Nabi Muhammad saw ialah kemiskinan beliau, kelemahan pengikut-pengikutnya serta kecilnya bilangan mereka. Maka oleh sebab itu Allah menyuruh Nabi untuk berlindung kepada Yang memiliki segala kerajaan. Yang di tangan-Nya segala kekuasaan dan kemuliaan, Allah mengingatkan Rasulullah bahwa seluruh kebaikan dan kekayaan ada di tangan Nya. Maka tidak ada yang dapat mengahalangi Nya apabila Dia memberikan kemiskinan dan kekayaan kepada Nabi Nya atau kepada orang-orang yang mukmin yang dikehendaki Nya. Sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam firman Nya:
ونريد أن نمن على الذين استضعفوا في الأرض ونجعلهم أئمة ونجعلهم الوارثين
Artinya:
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)
(Q.S Al Qasas: 5)
Asbabun Nuzul Indonesia Depag Surah Ali 'Imran 26
Dikeluarkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Qatadah, katanya, "Orang- orang mengatakan kepada kami bahwa Rasulullah saw. memohon kepada Tuhan agar menundukkan kerajaan Romawi dan Persi ke dalam kekuasaan umatnya, maka Allah pun menurunkan, 'Katakanlah! Wahai Tuhan yang memiliki kerajaan...sampai akhir ayat.'" (Q.S. Ali Imran 26)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.