Tafsir Indonesia Depag Surah Ali 'Imran 25
Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya.(QS. 3:25)
فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Ayat ini membantah dan membatalkan apa yang dikatakan oleh orang Yahudi pada ayat yang lalu. Ayat ini tersusun dalam bentuk kalimat pertanyaan bagaimanakah keadaan orang Yahudi bilamana hari kiamat yang tidak diragukan lagi itu sudah datang.
Bentuk kalimat seperti itu menggambarkan bagaimana kehebatan huru-hara yang terjadi di hari itu, dan tentang siksa besar yang akan ditimpakan kepada orang-orang Yahudi. Mereka akan jatuh kepada jurang penderitaan dan tak akan ada jalan untuk menyelamatkan diri. Dan sesungguhnya anggapan orang Yahudi bahwa dirinya akan dapat lepas dengan mudah dari pada azab itu adalah suatu angan-angan yang kosong.
Pada hari yang dahsyat itu orang akan melihat dengan jelas apa-apa yang telah dikerjakannya baik atau buruk akan dihadapkan kepada mereka. Kemudian segala amal perbuatan akan dibalas dengan kebahagiaan jika amal itu baik atau dengan kesengsaraan jika amal itu jahat. Tidak ada suatu hak istimewa yang dapat diberikan kepada pemeluk sesuatu agama tertentu dan golongan tertentu. Tidak pula suatu bangsa mendapat keistimewaan atas bangsa-bangsa lainnya sekalipun mereka menamakan dirinya dengan Sya'bullah (rakyat Allah) atau anak Allah. Pembalasan pada hari kiamat itu, adalah sesuai dengan buruk baiknya iktikad yang terkandung dalam hati dan sesuai pula dengan buruk baiknya amal perbuatan yang telah dilakukan.
Pada hari itu akan terdapat keadilan yang sempurna. Tidak akan dikurangi sedikitpun balasan terhadap sesuatu perbuatan dan tidak pula akan ditambah. Yang menjadi ukuran pada hari itu ialah berimannya seseorang dan pengaruh iman itu terhadap amal perbuatannya di waktu di dunia. Kalau dia tidak beriman dan pengaruh itu buruk dan merusak dirinya, maka masuklah ia ke dalam neraka, karena amal-amalnya yang buruk itu. Jika imannya tidak sampai rusak, karena diimbangi dengan amal saleh atau seimbang antara yang baik dengan yang buruk, maka diberilah balasan sesuai dengan derajat dan kadarnya masing-masing.
فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Ayat ini membantah dan membatalkan apa yang dikatakan oleh orang Yahudi pada ayat yang lalu. Ayat ini tersusun dalam bentuk kalimat pertanyaan bagaimanakah keadaan orang Yahudi bilamana hari kiamat yang tidak diragukan lagi itu sudah datang.
Bentuk kalimat seperti itu menggambarkan bagaimana kehebatan huru-hara yang terjadi di hari itu, dan tentang siksa besar yang akan ditimpakan kepada orang-orang Yahudi. Mereka akan jatuh kepada jurang penderitaan dan tak akan ada jalan untuk menyelamatkan diri. Dan sesungguhnya anggapan orang Yahudi bahwa dirinya akan dapat lepas dengan mudah dari pada azab itu adalah suatu angan-angan yang kosong.
Pada hari yang dahsyat itu orang akan melihat dengan jelas apa-apa yang telah dikerjakannya baik atau buruk akan dihadapkan kepada mereka. Kemudian segala amal perbuatan akan dibalas dengan kebahagiaan jika amal itu baik atau dengan kesengsaraan jika amal itu jahat. Tidak ada suatu hak istimewa yang dapat diberikan kepada pemeluk sesuatu agama tertentu dan golongan tertentu. Tidak pula suatu bangsa mendapat keistimewaan atas bangsa-bangsa lainnya sekalipun mereka menamakan dirinya dengan Sya'bullah (rakyat Allah) atau anak Allah. Pembalasan pada hari kiamat itu, adalah sesuai dengan buruk baiknya iktikad yang terkandung dalam hati dan sesuai pula dengan buruk baiknya amal perbuatan yang telah dilakukan.
Pada hari itu akan terdapat keadilan yang sempurna. Tidak akan dikurangi sedikitpun balasan terhadap sesuatu perbuatan dan tidak pula akan ditambah. Yang menjadi ukuran pada hari itu ialah berimannya seseorang dan pengaruh iman itu terhadap amal perbuatannya di waktu di dunia. Kalau dia tidak beriman dan pengaruh itu buruk dan merusak dirinya, maka masuklah ia ke dalam neraka, karena amal-amalnya yang buruk itu. Jika imannya tidak sampai rusak, karena diimbangi dengan amal saleh atau seimbang antara yang baik dengan yang buruk, maka diberilah balasan sesuai dengan derajat dan kadarnya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.