Tafsir Indonesia Depag Surah Ali 'Imran 134
(Yaitu) orang-orang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS. 3:134)
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Ayat ini langsung menjelaskan sifat-sifat orang-orang yang bertakwa yaitu:
Pertama: Orang yang selalu menafkahkan hartanya baik dalam keadaan berkecukupan maupun dalam keadaan kesempitan (miskin). Dalam keadaan berkecukupan dan dalam keadaan sempit ia tetap memberi nafkah sesuai dengan kesanggupannya. Bernafkah itu tidak diharuskan dalam jumlah yang tertentu sehingga ada kesempatan bagi si ini skin untuk memberi nafkah. Bersedekah itu boleh saja dengan barang atau uang yang sedikit nilainya. karena itulah kesanggupan yang baru dapat diberikan dan tetap akan memperoleh pahala dari Allah SWT.
Diriwayatkan oleh 'Aisyah Ummul mukminin bahwa dia pernah bersedekah dengan sebiji anggur, dan di antara sahabat-sahabat Nabi ada yang bersedekah dengan sebiji bawang.
Diriwayatkan bahwa 'Aisyah Ummul mukminin bahwa dia pernah bersedekah dengan sebiji anggur, dan di antara sahabat-sahabat Nabi ada yang bersedekah dengan sebiji bawang.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
"اتقوا النار ولو بشق تمرة وردو السائل ولو بظلف محرق"
Artinya:
"Peliharalah dirimu dari api neraka meskipun dengan menyedekahkan sepotong karma, dan perkenankanlah permintaan seorang peminta walaupun dengan memberikan sepotong kuku hewan yang dibakar"
(HR Ahmad dalam musnadnya)
Bagi orang kaya dan berkelapangan tentulah sedekah dan dermanya harus disesuaikan dengan kesanggupan. Sungguh amat janggal bahkan memalukan bila seorang yang berlimpah-limpah kekayaannya hanya memberikan derma dan sedekah sama banyak-nya dengan pemberian orang ini skin. Ini menunjukkan bahwa kesadaran bernafkah belum tertanam di dalam hatinya.
Allah SWT berfirman
لينفق ذو سعة من سعته ومن قدر عليه رزقه فليبفق مما ءاتاه الله لا يكلف الله نفسا إلا ما اتهاها سيجعل الله بعد العسر يسر
Artinya:
hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya; Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan"
(Q.S At Talaq: 7)
Sifat kikir yang tertanam dalam hati manusia hendaklah diberantas dengan segala macam cara dan usaha, karena sifat ini adalah musuh masyarakat nomor satu. Tak ada satu umatpun yang dapat maju dan hidup berbahagia kalau sifat kikir ini merajalela pada umat itu. Sifat kikir bertentangan dengan peri kemanusiaan.
Oleh sebab itu Allah memerintahkan bernafkah dan menjelaskan bahwa harta yang ditunaikan zakatnya dan didermakan sebagiannya tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.
Firman Allah SWT:
يمحق الله الربا ويربي الصدقات
Artinya:
"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah"
(Q.S Al Baqarah:276)
Imam Gazali menjelaskan sebagai berikut Memerangi suatu sifat yang buruk haruslah dengan membiasakan diri melakukan lawan sifat itu. Jadi kalau orang akan memberantas sifat kikir dalam dirinya hendaklah dia membiasakan berderma dan memberi pertolongan kepada orang lain. Dengan membiasakan diri itu akan hilanglah sifat kikirnya itu dengan berangsur-angsur.
Kedua: Orang-orang yang menahan amarahnya. Biasanya orang yang memperturutkan rasa amarahnya tidak dapat mengendalikan akal pikirannya dan ia akan melakukan tindakan-tindakan kejam dan jahat sehingga apabila sadar dia pasti menyesali tindakan yang dilakukannya itu dan dia akan merasa heran mengapa ia bertindak sejauh itu. Oleh karena itu bila seorang dalam keadaan marah hendaklah ia berusaha sekuat tenaganya menahan rasa amarahnya itu lebih dahulu. Apabila ia telah menguasai dirinya kembali dan amarahnya sudah mulai reda, barulah ia melakukan tindakan yang adil sebagai balasan atas perlakuan orang terhadap dirinya.
Apabila seorang telah melatih dirinya seperti itu maka dia tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang melampaui batas, bahkan dia akan menganggap bahwa perlakuan yang tidak adil terhadap dirinya itu mungkin karena kehilafan dan tidak disengaja dan ia akan memaafkannya. Allah menjelaskan bahwa menahan amarah itu suatu jalan ke arah takwa. Orang-orang yang benar bertakwa pasti akan dapat menguasai dirinya di waktu sedang marah.
Pernah Siti Aisyah menjadi marah karena tindakan pembantunya. Tetapi beliau dapat menguasai dirinya, karena sifat takwa yang bersemi dalam dirinya. Beliau berkata: "Alangkah baiknya sifat takwa itu. dia menjadi obat bagi segala kemarahan". Nabi Muhammad saw. bersabda "Orang-orang kuat itu bukanlah yang dapat membanting lawannya tetapi orang yang benar-benar kuat ialah orang yang dapat menahan amarahnya".
Allah SWT berfirman:
وإذا ما غضبوا هم يغفرون
Artinya:
Dan apabila mereka marah, mereka memberi maaf'
(Q.Sasy Syura: 37)
Ketiga: Orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan kesalahan orang lain sedang kita sanggup membalasnya dengan yang setimpal adalah suatu sifat yang baik yang harus dimiliki oleh setiap muslim yang bertakwa. Mungkin hal ini sulit dipraktekkan karena sudah menjadi kebiasaan bagi manusia membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi bagi manusia yang sudah tinggi akhlak dan kuat imannya serta telah dipenuhi jiwa, dengan takwa, maka memaafkan kesalahan itu mudah saja baginya.
Mungkin membalas kejahatan dengan kejahatan masih dalam rangka keadilan tetapi harus disadari bahwa membalas kejahatan dengan kejahatan pula tidak dapat membasmi atau melenyapkan kejahatan itu. Mungkin dengan adanya balas membalas itu kejahatan akan meluas dan berkembang.
Tetapi bila kejahatan itu dibalas dengan maaf dan sesudah itu diiringi dengan perbuatan yang baik, maka yang melakukan kejahatan itu akan sadar, bahwa dia telah melakukan perbuatan yang sangat buruk dan tidak adil terhadap orang bersih hatinya dan suka berbuat baik.
Dengan demikian dia tidak akan melakukannya lagi dan tertutuplah pintu kejahatan itu.
Keempat: Orang-orang yang berbuat baik. Berbuat baik termasuk sifat orang yang bertakwa maka di samping memaafkan kesalahan orang lain hendaklah memaafkan itu diiringi dengan berbuat baik kepada orang yang melakukan kesalahan.
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi, ada seorang jariah (budak wanita) kepunyaan Ali bin Husein menolong tuannya menuangkan air dari kendi untuk mengambil wudu'. Kemudian kendi itu jatuh dari tanganya dan pecah berserakan. lalu Ali bin Husen menentang mukanya seakan-akan dia marah. Budak itu berkata: "Allah SWT telah berfirman:
والكاظمين الغيظ
Artinya:
"Dan orang-orang yang menahan amarahnya".
(Q.S Al Imran: 134)
Ali bin Husen menjawab : "Aku telah menahan amarah itu". Kemudian budak itu berkata pula:
Allah SWT berfirman:
والعافين عن الناس
Artinya:
"dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) manusia"
(Q.S Al Imran; 134)
Dijawab oleh Ali bin Husen: "Aku telah memaafkanmu" Akhirnya budak itu berkata lagi:
Allah juga berfirman:
والله يحب المحسنين
Artinya:
"dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan"
(Q.S Ali Imran: 134)
Ali bin Husen menjawab: "Pergilah kamu aku telah memerdekakanmu" demi untuk mencapai keridaan Allah.
Demikianlah tindakan salah seorang cucu Nabi Muhammad saw. terhadap kesalahan seorang budaknya karena memang dia seorang yang mukmin yang bertakwa, tidak saja dia memaafkan kesalahan budaknya bahkan diiringinya pemaafan itu dengan berbuat baik kepadanya dengan memerdekakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.