Tafsir Indonesia Depag Surah Ali 'Imran 14
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga).(QS. 3:14)
Sesudah Allah SWT menjelaskan pada ayat sebelum ini kekeliruan pandangan orang kafir terhadap harta dan anak-anak serta penyimpangan mereka dari kebenaran maka dalam ayat ini diterangkan segi kesesatan mereka yang disebabkan oleh harta dan anak yang dijadikan tumpuan harapan mereka.
Adalah keliru kalau manusia menjadikan harta dan anak sebagai tujuan hidupnya. Wanita, anak-anak, emas dan perak, kendaraan, binatang peliharaan, dan semua kekayaan adalah menyenangkan dan dipandang baik oleh manusia dan sangat dicintainya. Dia tidak memandang jelek mencintai benda-benda itu, bahkan dia tidak dapat terhindar dari mencintainya. Amat sedikit sekali orang yang memahami keburukan atau bahayanya, sekalipun bukti-bukti cukup jelas dan banyak yang memperlihatkan keburukan dan bahayanya itu. Dia tidak mau lagi surut dari mencintainya. meskipun sudah menderita disebabkan harta benda kesayangannya itu. Kadang-kadang manusia menyukai sesuatu, padahal dia mengetahui sesuatu itu buruk, dan tidak berguna. Siapa yang menyukai sesuatu tetapi ia belum memandungnya baik untuk dirinya, mungkin pada suatu waktu dia dapat melepaskan diri dari padanya. Sesungguhnya Allah menjadikan tabiat manusia cinta kepada harta benda kesenangan itu. Tetapi terserah kepada manusia itu sendiri, sampai di mana ia dapat mempergunakan harta benda itu untuk mengabdi kepada Allah SWT dan mendapatkan keridaan-Nya.
Firman Allah:
Artinya:
Sesungguhnya, Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (Q.S Al Kahfi: 7)
Benda-benda kesenangan manusia itu secara terperinci adalah sebagai berikut:
Pertama: Wanita (istri), wanita adalah tumpuan cinta kasih sayang dan kepadanyalah kecenderungan jiwa manusia sebagaimana difirmankan Allah dalam Alquran:
Artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya; dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. (Q.S Ar Rum: 21)
Untuk istri dipergunakan sebagian besar hasil usaha kaum lelaki yang diperoleh dengan susah payah. Para lelaki adalah pembimbing yang bertanggung jawab atas kaum wanita, karena lelaki itu memiliki kekuatan dan kemampuan melindungi mereka. Tetapi berlebih-lebihan dalam mencintai wanita mempunyai efek yang kurang baik terhadap bangsa, dan dapat pula mempengaruhi kesimbangan hak dan kewajiban antara laki-laki dan wanita.
Dalam ayat ini, mencintai wanita (istri) disebutkan lebih dahulu daripada "mencintai anak-anak", walaupun cinta kepada wanita itu dapat luntur, sedang cinta pada anak itu tidak; karena cinta pada anak-anak itu jarang sekali berlebih-lebihan seperti halnya mencintai wanita Dan pada umumnya mencintai anak itu tidak menimbulkan kemusykilan. Dalam masyarakat banyak terjadi seorang laki-laki mengutamakan cinta kepada wanita dengan mengabaikan cinta kepada anak. Seperti laki-laki yang kawin lebih dari satu, dia curahkan cintanya pada istri yang baru, diberinya nafkah yang banyak, sedang istrinya yang tua diabaikan. Dengan demikian anak-anaknya jadi terlantar, karena pendidikannya tidak lagi diperhatikan. Banyak pula anak-anak penguasa dan orang-orang kaya yang rusak akhlaknya karena bapaknya mencintai wanita lain.
Kedua: Anak, baik laki-laki maupun perempuan. Cinta kepada anak adalah fitrah manusia. Sama halnya dengan cinta kepada wanita (istri) karena tujuannya ialah untuk melanjutkan turunan.
Anak sebenarnya adalah hiasan rumah tangga penerus keturunan dan generasi. Tetapi dia dapat berubah menjadi cobaan sebagaimana dinyatakan Allah:
Artinya:
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)
(Q.S At Tagabun: 15)
Ketiga: Harta kekayaan emas dan perak yang melimpah ruah. Berkata Ar-Razi dalam tafsir: "Emas dan perak amat disenangi, karena keduanya adalah alat penilai harga sesuatu. Orang yang memilikinya sama dengan orang yang memiliki segala sesuatu. Memiliki berarti menguasai. Berkuasa adalah salah satu kesempurnaan dan kesempurnaan itu diingini dengan sendirinya. Karena emas dan perak adalah alat yang paling tepat untuk memperoleh kesempurnaan maka ia diingini dan dicintai. Apabila sesuatu yang dicintai tidak dapat diperoleh kecuali dengan sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itupun dicintai pula. Maka karena itulah emas dan perak dicintai".
Harta yang melimpah ruah akan menggoda hati manusia serta menyibukkan mereka sepanjang hari untuk mengurusinya. Hal ini sudah barang tentu akan dapat melupakan orang kepada Tuhan dan kehidupan di akhirat. Dalam Alquran Allah menceritakan demikian:
Artinya:
Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampun untuk kami ini"
(Q.S Al Fath: 11)
Cinta kepada harta adalah menjadi tabiat manusia, karena harta adalah alat untuk memenuhi keinginan. Keinginan manusia tidak ada batasnya Maka mereka mengejar harta tidak henti-hentinya. Rasalullah saw bersabda:
Artinya:
Sekiranya manusia itu mempunyai dua lembah emas. tentulah ia menginginkan lagi di samping yang dua itu lembah yang ketiga. Tidak ada yang dapat memenuhi perut Bani Adam kecuali tanah. Dan Allah mengampuni orang-orang yang bertobat kepada-Nya.
(HR Bukhari dari Ibnu 'Abbas)
Keempat: Kuda ternak yang dipelihara di padang rumput, terutama kuda yang berwarna putih pada bagian dahinya, dan pada kakinya, sehingga nampak sebagai tanda. Bagi bangsa Arab, kuda yang demikian ini adalah kuda yang paling baik dan paling indah. Mereka berlomba-lomba untuk dapat memilikinya. Mereka merasa bangga dengan kuda semacam itu dan kadang-kadang bersaing membelinya dengan harga yang amat tinggi.
Kelima: Binatang-binatang ternak lainnya, seperti sapi, unta, kambing. Binatang-binatang ini termasuk harta kekayaan Arab Badui. Kebutuhan hidup mereka seperti pakaian, makanan alat-alat rumah tangga dan sebagainya, sebagian besar terpenuhi dari hasil binatang-binatang ternak itu. Allah SWT berfirman menerangkan nikmat-Nya ini:
Artinya:
"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan kamu makan (apa yang dapat dimakan) dari padanya. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskan ke tempat penggembalaan. Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi yang Maha Penyayang. Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahui"
(Q.S An Nahl: 5-6)
Keenam: Sawah ladang adalah sumber kehidupan manusia dan hewan. Kebutuhan manusia kepada sawah ladang melebihi kebutuhan mereka kepada harta lainnya yang disenangi seperti benda-benda kesenangan yang disebutkan.
Demikian itulah keenam macam harta yang disenangi manusia dalam dunia ini, dan merupakan alat kelengkapan bagi hidup mereka, dan yang memenuhi segala kebutuhan dan keinginan mereka. Manusia memandang baik mencintai harta benda tersebut. Tetapi hendaknya manusia menyadari bahwa semua harta benda itu hanya untuk kehidupan duniawi yang tidak kekal. Tak patutlah kiranya harta benda untuk dijadikan manusia sebagai cita-cita dan tujuan terakhir dari kehidupan di dunia yang fana ini, sehingga dia terhalang untuk mempersiapkan diri bagi kehidupan yang sebenamya, yaitu kehidupan di akhirat yang abadi. Bukankah di sisi Allah ada tempat kembali yang baik (surga)? Dan alangkah bahagianya manusia, sekiranya dia mempergunakan harta benda itu dalam batas-batas petunjuk Allah SWT.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Sesudah Allah SWT menjelaskan pada ayat sebelum ini kekeliruan pandangan orang kafir terhadap harta dan anak-anak serta penyimpangan mereka dari kebenaran maka dalam ayat ini diterangkan segi kesesatan mereka yang disebabkan oleh harta dan anak yang dijadikan tumpuan harapan mereka.
Adalah keliru kalau manusia menjadikan harta dan anak sebagai tujuan hidupnya. Wanita, anak-anak, emas dan perak, kendaraan, binatang peliharaan, dan semua kekayaan adalah menyenangkan dan dipandang baik oleh manusia dan sangat dicintainya. Dia tidak memandang jelek mencintai benda-benda itu, bahkan dia tidak dapat terhindar dari mencintainya. Amat sedikit sekali orang yang memahami keburukan atau bahayanya, sekalipun bukti-bukti cukup jelas dan banyak yang memperlihatkan keburukan dan bahayanya itu. Dia tidak mau lagi surut dari mencintainya. meskipun sudah menderita disebabkan harta benda kesayangannya itu. Kadang-kadang manusia menyukai sesuatu, padahal dia mengetahui sesuatu itu buruk, dan tidak berguna. Siapa yang menyukai sesuatu tetapi ia belum memandungnya baik untuk dirinya, mungkin pada suatu waktu dia dapat melepaskan diri dari padanya. Sesungguhnya Allah menjadikan tabiat manusia cinta kepada harta benda kesenangan itu. Tetapi terserah kepada manusia itu sendiri, sampai di mana ia dapat mempergunakan harta benda itu untuk mengabdi kepada Allah SWT dan mendapatkan keridaan-Nya.
Firman Allah:
إنا جعلنا ما على الأرض زينة لها لنبلوهم أيهم أحسن عملا
Artinya:
Sesungguhnya, Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (Q.S Al Kahfi: 7)
Benda-benda kesenangan manusia itu secara terperinci adalah sebagai berikut:
Pertama: Wanita (istri), wanita adalah tumpuan cinta kasih sayang dan kepadanyalah kecenderungan jiwa manusia sebagaimana difirmankan Allah dalam Alquran:
ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحمة
Artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya; dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. (Q.S Ar Rum: 21)
Untuk istri dipergunakan sebagian besar hasil usaha kaum lelaki yang diperoleh dengan susah payah. Para lelaki adalah pembimbing yang bertanggung jawab atas kaum wanita, karena lelaki itu memiliki kekuatan dan kemampuan melindungi mereka. Tetapi berlebih-lebihan dalam mencintai wanita mempunyai efek yang kurang baik terhadap bangsa, dan dapat pula mempengaruhi kesimbangan hak dan kewajiban antara laki-laki dan wanita.
Dalam ayat ini, mencintai wanita (istri) disebutkan lebih dahulu daripada "mencintai anak-anak", walaupun cinta kepada wanita itu dapat luntur, sedang cinta pada anak itu tidak; karena cinta pada anak-anak itu jarang sekali berlebih-lebihan seperti halnya mencintai wanita Dan pada umumnya mencintai anak itu tidak menimbulkan kemusykilan. Dalam masyarakat banyak terjadi seorang laki-laki mengutamakan cinta kepada wanita dengan mengabaikan cinta kepada anak. Seperti laki-laki yang kawin lebih dari satu, dia curahkan cintanya pada istri yang baru, diberinya nafkah yang banyak, sedang istrinya yang tua diabaikan. Dengan demikian anak-anaknya jadi terlantar, karena pendidikannya tidak lagi diperhatikan. Banyak pula anak-anak penguasa dan orang-orang kaya yang rusak akhlaknya karena bapaknya mencintai wanita lain.
Kedua: Anak, baik laki-laki maupun perempuan. Cinta kepada anak adalah fitrah manusia. Sama halnya dengan cinta kepada wanita (istri) karena tujuannya ialah untuk melanjutkan turunan.
Anak sebenarnya adalah hiasan rumah tangga penerus keturunan dan generasi. Tetapi dia dapat berubah menjadi cobaan sebagaimana dinyatakan Allah:
إنما أموالكم وأولادكم فتنة
Artinya:
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)
(Q.S At Tagabun: 15)
Ketiga: Harta kekayaan emas dan perak yang melimpah ruah. Berkata Ar-Razi dalam tafsir: "Emas dan perak amat disenangi, karena keduanya adalah alat penilai harga sesuatu. Orang yang memilikinya sama dengan orang yang memiliki segala sesuatu. Memiliki berarti menguasai. Berkuasa adalah salah satu kesempurnaan dan kesempurnaan itu diingini dengan sendirinya. Karena emas dan perak adalah alat yang paling tepat untuk memperoleh kesempurnaan maka ia diingini dan dicintai. Apabila sesuatu yang dicintai tidak dapat diperoleh kecuali dengan sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itupun dicintai pula. Maka karena itulah emas dan perak dicintai".
Harta yang melimpah ruah akan menggoda hati manusia serta menyibukkan mereka sepanjang hari untuk mengurusinya. Hal ini sudah barang tentu akan dapat melupakan orang kepada Tuhan dan kehidupan di akhirat. Dalam Alquran Allah menceritakan demikian:
سيقول لك المخلفون من الأعراب شغلتنا أموالنا وأهلونا فاستغفر لنا
Artinya:
Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampun untuk kami ini"
(Q.S Al Fath: 11)
Cinta kepada harta adalah menjadi tabiat manusia, karena harta adalah alat untuk memenuhi keinginan. Keinginan manusia tidak ada batasnya Maka mereka mengejar harta tidak henti-hentinya. Rasalullah saw bersabda:
لو كان لابن آدم واديان من ذهب لتمنى أن يكون له ثالثا ولا يملا جوف ابن آدم إلا التراب ويتوب الله على من تاب
Artinya:
Sekiranya manusia itu mempunyai dua lembah emas. tentulah ia menginginkan lagi di samping yang dua itu lembah yang ketiga. Tidak ada yang dapat memenuhi perut Bani Adam kecuali tanah. Dan Allah mengampuni orang-orang yang bertobat kepada-Nya.
(HR Bukhari dari Ibnu 'Abbas)
Keempat: Kuda ternak yang dipelihara di padang rumput, terutama kuda yang berwarna putih pada bagian dahinya, dan pada kakinya, sehingga nampak sebagai tanda. Bagi bangsa Arab, kuda yang demikian ini adalah kuda yang paling baik dan paling indah. Mereka berlomba-lomba untuk dapat memilikinya. Mereka merasa bangga dengan kuda semacam itu dan kadang-kadang bersaing membelinya dengan harga yang amat tinggi.
Kelima: Binatang-binatang ternak lainnya, seperti sapi, unta, kambing. Binatang-binatang ini termasuk harta kekayaan Arab Badui. Kebutuhan hidup mereka seperti pakaian, makanan alat-alat rumah tangga dan sebagainya, sebagian besar terpenuhi dari hasil binatang-binatang ternak itu. Allah SWT berfirman menerangkan nikmat-Nya ini:
والأنعام خلقها لكم فيها دفء ومنافع ومنها تأكلون ولكم فيها جمال حين تريحون وحين تسرحون وتحمل أثقالكم إلى بلد لم تكونوا بالغيه إلا بشق الأنفس إن ربكم لرءوف رحيم والخيل والبغال والحمير لتركبوها وزينة ويخلق ما لا تعلمون
Artinya:
"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan kamu makan (apa yang dapat dimakan) dari padanya. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskan ke tempat penggembalaan. Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi yang Maha Penyayang. Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahui"
(Q.S An Nahl: 5-6)
Keenam: Sawah ladang adalah sumber kehidupan manusia dan hewan. Kebutuhan manusia kepada sawah ladang melebihi kebutuhan mereka kepada harta lainnya yang disenangi seperti benda-benda kesenangan yang disebutkan.
Demikian itulah keenam macam harta yang disenangi manusia dalam dunia ini, dan merupakan alat kelengkapan bagi hidup mereka, dan yang memenuhi segala kebutuhan dan keinginan mereka. Manusia memandang baik mencintai harta benda tersebut. Tetapi hendaknya manusia menyadari bahwa semua harta benda itu hanya untuk kehidupan duniawi yang tidak kekal. Tak patutlah kiranya harta benda untuk dijadikan manusia sebagai cita-cita dan tujuan terakhir dari kehidupan di dunia yang fana ini, sehingga dia terhalang untuk mempersiapkan diri bagi kehidupan yang sebenamya, yaitu kehidupan di akhirat yang abadi. Bukankah di sisi Allah ada tempat kembali yang baik (surga)? Dan alangkah bahagianya manusia, sekiranya dia mempergunakan harta benda itu dalam batas-batas petunjuk Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.