Al-A'raf 32

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al-A'raf Ayat 32


قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللّهِ الَّتِيَ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالْطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِي لِلَّذِينَ آمَنُواْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat [536]." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.

[536] Maksudnya: perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan yang baik itu dapat dinikmati di dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman, sedang di akhirat nanti adalah semata-mata untuk orang-orang yang beriman saja.

Orang-orang Arab pada masa Jahiliah telah mengharamkan memakai pakaian ketika tawaf sekeliling Kakbah, telah mengharamkan sebagian makanan ketika mengerjakan haji seperti memakan daging, memakan yang berlemak dan lain-lain. Orang-orang Nasrani dan ahli kitab pun, sebagian mereka juga mengharamkan memakan yang baik-baik seperti halnya perbuatan orang pada masa Jahiliah itu. Maka ayat ini dengan tegas memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk menanyakan kepada mereka, siapa yang mengharamkan semuanya itu? Jelaslah bahwa yang mengharamkan itu mereka sendiri dan setan bukan merupakan wahyu Allah yang disampaikan-Nya kepada Rasul Allah.

Pakaian dan perhiasan yang memang sudah disediakan Allah untuk mereka dan Allah tidak mengharamkan makanan yang baik-baik, yang lezat-lezat seperti rezeki yang halal dari Allah. Memakai pakaian yang indah, berdandan dan berhias, serta memakan makanan yang lezat-lezat yang dihalalkan Allah adalah merupakan kesenangan dan kegemaran manusia. Agama Islam membolehkannya selama tidak bertentangan dengan hukum Allah, seperti berlebih-lebihan dan lain-lain.

Tidaklah meninggalkan kesenangan dan kegemaran seperti itu termasuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, seperti yang dilakukan oleh penganut agama lain, umpama agama Hindu. Kegemaran berpakaian yang bagus dan kegemaran memakan makanan yang baik lagi halal akan mendorong manusia untuk berpikir meningkatkan pertanian, membuat irigasi serta meningkatkan kemajuan dalam bidang industri, seperti pabrik benang, pabrik kain, meningkatkan pemeliharaan binatang-binatang, seperti biri-biri, ulat sutera, binatang-binatang ternak dan lain-lain.

Selanjutnya dalam ayat ini Allah swt. memerintahkan kepada Rasulullah agar menyampaikan kepada umatnya, bahwa berhias dan berdandan dengan pakaian yang bagus dan indah begitu juga memakan makanan yang baik-baik dan lezat-lezat adalah diperbolehkan menikmatinya bagi orang-orang yang beriman dalam hidup mereka di dunia juga dibolehkan untuk orang-orang yang bukan mukmin. Tetapi pada hari kiamat, kenikmatan yang seperti itu hanyalah khusus bagi orang-orang yang beriman saja. Orang-orang kafir tidak berhak untuk menikmatinya. Orang-orang mukmin berhak untuk mendapatkan hidup bahagia, menikmati segala macam pemberian yang baik dan halal selama hidup di dunia ini. Bukanlah kebahagiaan hidup itu untuk orang-orang kafir saja.

Dalam ayat ini jelaslah, bahwa Allah menganjurkan kepada orang-orang yang beriman agar dapat mencapai bahagia dan sentosa di dunia dan di akhirat. Di akhirat orang-orang mukminlah yang lebih berhak menikmati segala macam nikmat Allah supaya lebih bertambah syukurnya kepada-Nya dan lebih mendorongnya untuk mencapai kebahagiaan yang sebenarnya. Mereka di dunia tentu akan bersyukur kepada Allah, baik dalam hatinya dengan mengakui kekayaan Allah, atau dengan lidahnya mengucapkan "alhamdulillah", maupun dengan anggotanya, yaitu dengan dengan memakai dan memakan karunia Allah itu dengan sebaik-baiknya dan mempergunakannya kepada jalan yang diridai Allah. Orang mukmin tentu akan bertambah ilmunya dan kemajuannya bila hidupnya di dunia telah bahagia dan tentu akan bertambah kuat pula imannya kepada Allah bila dia telah dapat merasakan betapa besarnya karunia yang diberikan Allah kepadanya.

Sabda Rasulullah saw.:

الطاعم الشاكر بمنزلة الصائم الصابر

Artinya:
Orang (mukmin) yang makan makanan yang baik lagi pandai bersyukur sama derajatnya dengan orang puasa yang sabar menahan lapor.
(Q.S H.R Ahmad, At Turmuzi, An Nasa'I, dan Al Hakim dari Abu Hurairah)

Firman Allah swt.:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

Artinya:
Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunnya nanti pada hari kiamat dalam keadaan buta.
(Q.S Taha: 124)

Pada penutup ayat ini, Allah swt. mengatakan bahwa Allah sudah menjelaskan ayat-ayat-Nya bagi kaum yang mengetahui. Di antaranya dalam ayat ini dijelaskan perkara adab berpakaian dan makanan yang sebagian manusia belum mengetahuinya, malahan dianggapnya masalah kecil saja. Padahal makan dan minum yang tidak berlebih-lebihan itu merupakan sendi hidup dan pokok pangkal kesehatan. Bila badan tidak kuat dan tidak sehat, semua pekerjaan tidak akan terlaksana, baik pekerjaan untuk mencari kehidupan, atau pun untuk beribadat kepada Allah. Begitu juga berdandan dan berpakaian merupakan tanda kebahagiaan dan kemuliaan dan erat juga hubungannya dengan kesehatan. Orang-orang yang berdandan dan berpakajan bagus adalah terhormat dan terpuji asal berdandan dan berpakaian bagus dengan niat yang baik bukan untuk menyombongkan diri.

Sabda Rasulullah saw.:

أتيت رسول الله صلى الله عليه وسلم في ثوب دون فقال: الك مال؟ قلت نعم قال: من أي مال؟ قلت: قد أتاني الله من الأبل والغنم والخيل والرقيق قال: فإذا أتاك الله فلير أثر نعمته عليك وكرامته لك

Artinya:
Saya datang kepada Rasulullah saw. dengan pakaian yang buruk, maka Rasulullah bertanya, "Adakah engkau mempunyai harta?" Saya jawab: "Ya." Rasulullah bertanya pula: "Harta apa saja?" Saya jawab: "Allah memberikan karunia kepada saya unta, kambing, kuda dan budak." Berkata Rasulullah: "Kalau Allah sudah mengaruniaimu harta, maka hendaklah dapat dilihat bekas nikmat Allah itu dan kemuliaan-Nya kepadamu."
(H.R Abu Daud dari Abil Ahwas dari ayahnya)

Asbabun Nuzul Surah Al-A'raf Ayat 32


Imam Muslim telah meriwayatkan melalui Ibnu Abbas. Ibnu Abbas telah mengatakan bahwasanya pada zaman jahiliah ada seorang wanita melakukan tawaf di Kakbah, sedangkan ia dalam keadaan telanjang bulat kecuali hanya pada bagian kemaluannya yang ditutup secarik kain. Dan ia mengatakan, "Pada hari ini tampak sebagian tubuh atau seluruhnya; anggota tubuh yang terlihat aku tidak menghalalkannya." Kemudian turunlah firman Allah swt., "Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid......" (Q.S. Al-A`raaf 31) dan turun pula firman Allah swt., "Katakanlah, 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah.'....."(Q.S. Al-A`raaf 32-33).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.