Tafsir Indonesia Depag Surah Al-Baqarah 26
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan:` Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan? `. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,(QS. 2:26)
إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ
Orang-orang kafir dan orang-orang munafik tidak mau memahami tujuan Allah swt. membuat perumpamaan di dalam Alquran. Perumpamaan itu tujuannya memperjelas arti suatu perkataan atau kalimat dengan membandingkan isi atau pengertian perkataan atau kalimat itu dengan sesuatu yang sudah dikenal dan dimengerti. Jika yang diumpamakan itu sesuatu yang besar dan penting, maka perumpamaannya besar dan penting pula, seperti "hak" atau "Islam" diumpamakan "cahaya". Sebaliknya jika yang dibandingkan itu sesuatu yang enteng dan kecil maka perumpamaannya enteng dan kecil pula seperti "patung" diumpamakan dengan "lalat" atau "laba-laba"
Menurut Ibnu Abbas, ayat ini diturunkan berhubungan dengan tuduhan orang Yahudi bahwa perumpamaan yang ada dalam Alquran tidak mempunyai nilai berarti karena dalam perumpamaan itu disebut sesuatu yang tidak berarti dan termasuk binatang kecil lagi hina, seperti "zubab" yang berarti lalat atau “ankabut”. yang berarti laba-laba (29:41). Tetapi seandainya orang Yahudi mengetahui maksud perumpamaan itu, tentu mereka akan menyatakan perumpamaan-perumpamaan yang ada dalam Alquran merupakan perumpamaan yang tepat dan benar, seperti pada ayat 29 :41 Allah berfirman:
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Artinya
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.
Pada ayat ini orang musyrik disamakan dengan laba-laba, sedang patung yang mereka sembah disamakan dengan sarang laba-laba yang rapuh yang mereka jadikan sebagai tempat berlindung dari segala bahaya. Padahal sedikit saja kena angin sarang itu akan rusak dan hancur. Demikian pula orang musyrik yang menjadikan patung sebagai sembahan dan tempat berlindung, padahal patung itu tidak sanggup menolong dirinya apa lagi menolong orang lain.
Dalam membuat perumpamaan bagi Allah tidak ada perbedaan antara yang kecil dan besar, hina dan murka, semua adalah makhluk ciptaan Allah. Yang penting ialah perumpamaan itu mencapai tujuannya.
Dengan turunnya ayat ini, ternyata tuduhan orang Yahudi itu tidak mempunyai alasan yang kuat.
Adapun orang-orang mukmin, hati mereka telah dipenuhi taufik dan hidayah Allah swt. dan mereka mengetahui bahwa perumpamaan-perumpamaan itu adalah dari Allah tetapi orang-orang kafir mengingkarinya bahkan mereka tercengang mendengar perumpamaan-perumpamaan itu, sedang orang-orang kafir dan munafik bertambah sombong dan ingkar karenanya.
Allah menyesatkan orang-orang kafir dan munafik ialah dengan membiarkan orang kafir dan munafik itu memilih jalan kesesatan sesudah diterangkan kepada mereka jalan kebenaran. Oleh karena mereka ingkar dan tidak mau memahami dan memahami petunjuk-petunjuk Allah, mereka mengikuti jalan yang tidak diridai-Nya. Akibatnya mereka ditimpa azab yang pedih karena kefasikan mereka itu.
Orang-orang yang tidak menggunakan pikiran dan ilmu pengetahuan terhadap perumpamaan yang diberikan oleh Allah swt. itu. mereka menghadapinya dengan angkuh yang menyebabkan mereka bertambah sesat. Sebaliknya orang-orang yang beriman di dalam hatinya, mempergunakan akal dan pikirannya, akan mendapat petunjuk dari perumpamaan-perumpamaan itu. Orang-orang yang tidak mendapat petunjuk itu menjadi sesat karena kefasikannya.
Tafsir Indonesia Jalalain Surah Al-Baqarah 26
إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ
Untuk menolak perkataan orang-orang Yahudi, "Apa maksud Allah menyebutkan barang-barang hina ini", yakni ketika Allah mengambil perbandingan pada lalat dalam firman-Nya, "...dan sekiranya lalat mengambil sesuatu dari mereka" dan pada laba-laba dalam firman-Nya, "Tak ubahnya seperti laba-laba," Allah menurunkan: (Sesungguhnya Allah tidak segan membuat) atau mengambil (perbandingan) berfungsi sebagai maf`ul awal atau obyek pertama, sedangkan (apa juga) kata penyerta yang diberi keterangan dengan kata-kata yang di belakangnya menjadi maf`ul tsani atau obyek kedua hingga berarti tamsil perbandingan apa pun jua. Atau dapat juga sebagai tambahan untuk memperkuat kehinaan, sedangkan kata-kata di belakangnya menjadi maf`ul tsani (seekor nyamuk) yakni serangga kecil, (atau yang lebih atas dari itu) artinya yang lebih besar dari itu, maksudnya Allah tak hendak mengabaikan hal-hal tersebut, karena mengandung hukum yang perlu diterangkan-Nya. (Ada pun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa ia), maksudnya perumpamaan itu (benar), tepat dan cocok dengan situasinya (dari Tuhan mereka, tetapi orang-orang kafir mengatakan, "Apakah maksud Allah menjadikan ini sebagai perumpamaan?") Matsalan atau perumpamaan itu berfungsi sebagai tamyiz hingga berarti dengan perumpamaan ini. 'Ma' yang berarti 'apakah' merupakan kata-kata pertanyaan disertai kecaman dan berfungsi sebagai mubtada atau subyek. Sedangkan 'dza' berarti yang berikut shilahnya atau kata-kata pelengkapnya menjadi khabar atau predikat, hingga maksudnya ialah 'apa gunanya?' Sebagai jawaban terhadap mereka Allah berfirman: (Allah menyesatkan dengannya), maksudnya dengan tamsil perbandingan ini, (banyak manusia) berpaling dari kebenaran disebabkan kekafiran mereka terhadapnya, (dan dengan perumpamaan itu, banyak pula orang yang diberi-Nya petunjuk), yaitu dari golongan orang-orang beriman disebabkan mereka membenarkan dan mempercayainya (Tetapi yang disesatkan-Nya itu hanyalah orang-orang yang fasik), yakni yang menyimpang dan tak mau menaati-Nya.
Asbabun Nuzul Indonesia Surah Al-Baqarah 26
Diketengahkan oleh Ibnu Jarir dari As-Saddiy dengan sanad-sanadnya, tatkala Allah membuat dua buah perumpamaan ini bagi orang-orang munafik, yakni firman-Nya, "Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api" dan firman-Nya, "Atau seperti hujan lebat dari langit", orang-orang munafik mengatakan bahwa Allah lebih tinggi dan lebih agung-sampai membuat perumpamaan-perumpamaan ini. Maka Allah menurunkan, "Sesungguhnya Allah tidak merasa malu untuk membuat tamsil perumpamaan.." sampai dengan firman-Nya "... merekalah orang-orang yang merugi." (Q.S. Al-Baqarah 26-27) Diketengahkan oleh Wahidi dari jalur Abdul Ghani bin Said As-Tsaqafi, dari Musa bin Abdurrahman, dari Ibnu Juraij, dari Atha, dari Ibnu Abbas, katanya, "Allah menyebutkan tuhan-tuhan pujaan orang-orang musyrik, maka firman-Nya, 'Dan sekiranya lalat mengambil sesuatu dari mereka,' (Al-Hajj 73) lalu disebutnya pula tipu daya tuhan-tuhan itu, dan dianggap-Nya seperti sarang laba-laba, maka kata mereka 'Bagaimana pendapatmu ketika Allah menyebut-nyebut lalat dan laba-laba dalam Alquran yang diturunkan-Nya, apa maksud-Nya dengan ini?' Maka Allah pun menurunkan ayat ini." Abdul Ghani adalah orang yang amat lemah. Abdur Razaq mengatakan dalam Tafsirnya, "Mu`ammar menyampaikan dari Qatadah tatkala Allah menyebut-nyebut soal lalat dan laba-laba, bahwa orang-orang musyrik berkata, 'Kenapa pula soal lalat dan laba-laba ini disebut-sebut?' Maka Allah menurunkan ayat ini." Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Hasan, katanya, "Tatkala turun ayat, 'Hai manusia! Diberikan kepada kamu tamsil perbandingan', (Al-Hajj 73) orang-orang musyrik berkata, 'Tamsil perbandingan apa pulakah itu sehingga dibuat?' Atau 'Peristiwa apa yang serupa dengan tamsil perbandingan ini?' Maka Allah menurunkan ayat, 'Sesungguhnya Allah tidak merasa malu untuk membuat suatu perumpamaan...' sampai dengan akhir ayat." (Q.S. Al-Baqarah 26). Komentar saya, "Isnad keterangan pertama lebih sah dan lebih cocok dengan apa yang dikemukakan pada awal surat, apa lagi menyebutkan orang-orang musyrik tidak cocok dengan kedudukan ayat ini sebagai ayat Madaniyah. Riwayat yang kita kemukakan dari Qatadah dan Hasan, diceritakan pula oleh Wahidi tanpa isnad dengan lafal, 'Kata orang-orang Yahudi.' Hal ini lebih cocok."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.