Tafsir Indonesia Depag Surah An-Nisaa' 38
وَالَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَـاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَن يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِينًا فَسَاء قِرِينًا
Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya [297] kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.
[297] Riya' ialah melakukan sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang.
Pada ayat ini dijelaskan lagi sifat dan perbuatan orang-orang yang sombong dan takabur itu, yaitu mereka menafkahkan hartanya karena ria' saja. Mereka mau memberikan pertolongan kepada seseorang dengan hartanya. karena ingin dilihat orang, dibesarkan dan dipuji orang, bukan karena ingin membayarkan kewajiban sesama manusia.
Pada hakikatnya mereka sama saja dengan orang yang bakhil cuma bedanya. orang yang bakhil tidak mau sama sekali mengeluarkan hartanya untuk berbuat kebaikan sesama manusia, malahan selalu loba dan tamak mengumpulkan harta benda dan kadang-kadang tidak mempedulikan dari mana diperolehnya harta itu, apakah dari jalan yang halal ataukah dari jalan yang haram, sedangkan orang ria', kadang-kadang mau berbuat kebaikan sesama manusia dengan mengeluarkan hartanya, asal saja dia mendapat pujian dan sanjungan. Bahkan untuk yang tidak baik sekalipun dia mau mengeluarkan hartanya, asal dia dapat pujian dari manusia.
Jadi orang ria' itu mengeluarkan hartanya bukan karena bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya yang banyak dan bukan pula karena kesadarannya dalam membayarkan kewajibannya sesama manusia, tetapi hanya semata-mata karena hendak dipuji saja.
Perbuatan seperti itu adalah perbuatan orang-orang yang tidak percaya kepada Allah dan tidak percaya kepada hari akhirat. Orang yang percaya kepada Allah, mau mengeluarkan hartanya dengan ikhlas, tidak untuk mencari pujian, tetapi hanya mengharapkan balasan nanti.
Yang mendorong orang-orang itu berbuat demikian, tidak lain hanya karena menurut ajaran setan saja, tidak mau mengikuti petunjuk Allah. Memang ajaran setan itu selalu membawa manusia kepada perbuatan yang keji dan terlarang. Maka dengan sendirinya manusia yang seperti itu telah menjadi teman dan pengikut Setan, sedang setan itu adalah sejahat-jahat teman. Maka akan celakalah akhirnya manusia itu bila telah berteman dengan setan. Dia akan terjauh dari jalan yang benar yang akan membawa kepada kebahagiaan di dunia dan selamat di akhirat nanti. Teman mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan manusia. Berapa banyaknya orang yang baik-baik bisa rusak karena berteman dengan orang-orang yang jahat. Dan berapa banyaknya pula orang-orang yang jadi baik karena berteman dengan orang yang baik-baik. Maka berhati-hatilah .mencari teman, jangan berteman dengan sembarang orang. Seperti halnya pada masa Rasulullah saw orang-orang Ansar disuruh berhak hati berteman dengan orang-orang Yahudi, karena ternyata orang-orang Yahudi itu selalu mempengaruhi orang-orang mukmin agar jangan mau mengeluarkan harta untuk. membantu seseorang, nanti bisa jatuh miskin, atau bisa mengakibatkan sengsara di hari depan.
Asbabun Nuzul Indonesia Depag Surah An-Nisaa' 38
Ibnu Jarir mengetengahkan dari jalur Ibnu Ishak dari Muhammad bin Abu Muhammad dari Ikrimah atau Said dari Ibnu Abbas, katanya, "Kardum bin Zaid yakni sekutu dari Ka'ab bin Asyraf, bersama Usamah bin Habib, Nafi' bin Abu Nafi', Bahri bin Amr, Huyay bin Akhtab dan Rifa'ah bin Zaid bin Tabut datang kepada beberapa lelaki Ansar memberi mereka nasihat, kata mereka, 'Jangan belanjakan harta kalian. Kami khawatir kalian akan ditimpa kemiskinan habisnya harta itu. Dan jangan buru-buru mengeluarkan nafkah, karena kalian tidak tahu apa yang akan terjadi!' Maka Allah swt. pun menurunkan mengenai mereka ini, "Yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia bersifat kikir...' sampai dengan firman-Nya, 'dan Allah Maha Mengetahui keadaan mereka.'" (Q.S. An-Nisa 37-39)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.