Al-A'raf 54

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al-A'raf Ayat 54


إِنَّ رَبَّكُمُ اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ تَبَارَكَ اللّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy [548]. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang- bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

[548] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

Pada permulaan ayat ini Allah menegaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari (masa). Dialah Pemilik, Penguasa dan Pengaturnya, Dialah Tuhan yang berhak disembah dan kepada-Nyalah manusia harus meminta pertolongan.

Walaupun yang disebutkan dalam ayat ini hanya langit dan bumi saja, tetapi yang dimaksud ialah semua yang ada di alam ini karena yang dimaksud dengan langit ialah semua alam yang di atas, dan yang dimaksud dengan bumi ialah semua alam yang di bawah, dan termasuk pula alam yang ada di antara langit dan bumi sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

Artinya:
Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy.
(Q.S Al Furqan: 59)

Adapun yang dimaksud dengan enam hari ialah enam masa yang telah ditentukan Allah, bukan enam hari yang kita kenal ini yaitu hari sesudah terciptanya langit dan bumi sedang hari dalam ayat ini adalah sebelum itu. Adapun mengenai lamanya sehari itu hanya Allah yang mengetahui, sebab dalam Alquran sendiri ada yang diterangkan seribu tahun dalam firman-Nya yang disebutkan:

وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ

Artinya:
Sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu.
(Q.S Al Hajj: 47)

Dan ada pula yang diterangkan lima puluh ribu tahun seperti dalam firman-Nya:

تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Artinya:
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.
(Q.S Al Ma'arij: 4)

Ada beberapa hadis yang menunjukkan bahwa hari yang enam itu ialah hari-hari kita sekarang di antaranya yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah. Abu Hurairah berkata:

Rasulullah memegang tanganku lalu bersabda, "Allah menciptakan tanah pada hari Sabtu, menciptakan bukit-bukit pada hari Ahad, menciptakan pohon pada hari Senin, menciptakan hal-hal yang tak baik pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, menciptakan gunung-gunung pada hari Kamis dan menciptakan Adam sesudah Asar pada hari Jumat pada saat terakhir itu antara waktu Asar dan permulaan malam."
(H.R Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah)

Hadis ini ditolak oleh para ahli hadis karena bertentangan dengan nas Alquran. Dari segi sanadnya pun hadis ini adalah lemah karena diriwayatkan oleh Hajjad bin Muhammad Al-Ajwar dari Juraij yang sudah miring otaknya di akhir hayatnya. Menurut Al-Manar hadis ini termasuk hadis-hadis Israiliat yang dibikin oleh kaum Yahudi dan Nasrani dan dikatakan dari Rasulullah saw. Pada ayat-ayat yang lain diterangkan lebih terperinci lagi tentang masa-masa penciptaan langit dan bumi seperti terdapat dalam firman Allah swt.:

قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Artinya:
Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?" (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam.
(Q.S Fussilat: 9)

Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahi dan menentukan pada kadar makanan-makanan penghuninya dalam empat masa yang sama (cukup) sesuai bagi segala yang memerlukannya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, berkata Allah kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab, "Kami datang dengan suka hati." Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang terdekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Dari ayat-ayat tersebut dapatlah kita ambil kesimpulan sebagai berikut: 

1. Penciptaan bumi yang berasal dari gumpalan-gumpalan yang kelihatan seperti asap adalah dua masa dan penciptaan tanah, bukit-bukit gunung-gunung dan bermacam-macam tumbuh-tumbuhan dan bintang dalam dua masa pula. Dengan demikian sempurnalah penciptaan bumi dan segala isinya dalam empat masa.

2. Penciptaan langit yang berasal dari gumpalan-gumpalan kabut itu dengan segala isinya dalam dua masa pula. Adapun bagaimana prosesnya kejadian langit dan bumi Alquran tidak menjelaskannya secara terperinci dan kewajiban para ahli untuk menyelidikinya dan mengetahui waktu atau masa yang diperlukan untuk masing-masing tahap dari tahap-tahap kejadiannya.

Kemudian setelah selesai penciptaan langit dan bumi, Allah bersemayam di atas Arasy mengurus dan mengatur semua urusan yang berhubungan dengan langit dan bumi itu sesuai dengan ilmu dan kebijaksanaan-Nya. Tentang bagaimana Allah bersemayam di atas Arasy-Nya dan bagaimana Dia mengatur semesta alam ini tidaklah dapat disamakan atau digambarkan seperti bersemayamnya seorang raja di atas singgasananya karena Allah tidak boleh dimisalkan atau dicontohkan dengan makhluk-Nya. Namun hal ini harus dipercayai dan diimani dan Dia sendirilah Yang Mengetahui bagaimana hakikatnya. Para sahabat Nabi tak ada yang merasa ragu dalam hatinya mengenai bersemayam Allah di atas Arsy. Mereka meyakini hal itu dan beriman kepadanya tanpa mengetahui bagaimana gambarnya. Demikianlah dari Rabi'ah guru Imam Malik bahwa dia berkata ketika ditanyakan kepadanya masalah bersemayamnya Allah di atas Arasy sebagai berikut: "Bersemayamnya Allah adalah suatu hal yang tidak asing lagi tetapi bagaimana caranya tidak dapat dipikirkan."

Kerasulan itu adalah dari Allah dan kewajiban rasul ialah menyampaikan, maka kewajiban manusia ialah membenarkannya. Demikianlah pendapat dan pendirian ulama-ulama dari dahulu sampai sekarang, maka tidak wajarlah manusia memberanikan diri untuk menggambarkan atau mencontohkan bagaimana bersemayam-Nya Allah di atas Arasy-Nya. Na'im bin Ahmad guru Imam Bukhari berkata tentang hal itu, "Orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya adalah kafir, orang yang mengingkari sifat Allah sebagaimana diterangkan-Nya (dalam kitab-Nya) adalah kafir, dan tiadalah dalam sifat Allah yang diterangkan-Nya atau diterangkan oleh Rasul-Nya sesuatu penyerupaan. Maka barang siapa yang menetapkan hal-hal yang diterima dari hadis yang sahih sesuai dengan keagungan Allah dan meniadakan sifat-sifat kekurangannya bagi-Nya, maka sesungguhnya dia telah menempuh jalan yang benar."

Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Dialah yang menutupi siang dan malam sehingga hilanglah cahaya matahari di permukaan bumi dan hal ini berlaku sangat cepat. Maksudnya malam itu selalu mengejar cahaya matahari telah tertutup terjadilah malam dan di tempat yang belum terkejar oleh malam, matahari tetap meneranginya dan di sana tetaplah siang. Demikianlah seterusnya pergantiannya siang dengan malam atau pergantian malam dengan sifat. Dalam ayat lain Allah berfirman:

خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ

Artinya:
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
(Q.S Az Zumar: 5)

Hal ini terjadi karena bumi berbentuk bulat selalu berputar pada sumbunya di bawah matahari maka dengan demikian pada muka bumi yang kena cahaya matahari terjadilah siang dan pada muka bumi yang tidak terkena cahayanya terjadilah malam. Kemudian Allah menerangkan pula bahwa matahari, bulan dan bintang semuanya tunduk di bawah perintah-Nya dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan-Nya bagi masing-masingnya. Semuanya bergerak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan-Nya dan di antaranya tidak ada yang menyimpang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan itu. Dengan demikian terjadilah suatu keharmonisan, suatu keserasian dalam perjalanan masing-masing sehingga tidak akan terjadi perbenturan atau tabrakan antara satu dengan yang lainnya, meskipun di langit itu terdapat milyunan bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya. Semuanya itu adalah karena Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, Maha Suci Allah Tuhan semesta alam. Dan Dia sajalah yang patut disembah, kepada-Nyalah setiap hamba harus memanjatkan doa memohon karunia dan rahmat-Nya dan kepada-Nyalah setiap hamba harus bersyukur dan berterima kasih atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya. Sungguh amat jauhlah tersesatnya orang yang masih mempersekutukan-Nya dengan makhluk-Nya dan memohonkan doa kepada sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat atau mudarat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.