Al-A'raf 176

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al-A'raf Ayat 176


وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَـكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ذَّلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.

Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan sekiranya Allah berkehendak meningkatkan laki-laki itu dengan ilmu yang telah diberikan kepadanya ke martabat yang lebih tinggi, tentulah Dia berkuasa berbuat demikian. Tetapi laki-laki itu telah menentukan pilihannya ke jalan yang sesat. Dia menempuh jalan yang berlawanan dengan fitrahnya, berpaling dari ilmunya sendiri karena didorong oleh keingkaran pribadi, yakni kemewahan hidup duniawi. Dia mengikuti hawa nafsunya dan tergoda oleh setan. Segala petunjuk dari Allah dilupakannya, suara hati nuraninya tidak didengarnya lagi.

Firman Allah swt.:

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
(Q.S Al Kahfi: 7)

Semestinya, orang yang diberi ilmu dan kecakapan itu mempertinggi jiwanya, menempatkan dirinya ke tingkat kesempurnaan, mengisi ilmu dan imannya dengan perbuatan-perbuatan yang luhur disertai niat yang ikhlas dan iktikad yang benar. Tetapi laki-laki itu setelah diberi nikmat oleh Allah berupa ilmu pengetahuan tentang keesaan Allah, tetap kafir seperti halnya dia tidak diberi apa-apa. Karena itu Allah mengumpamakannya seperti anjing yang keadaannya sama saja diberi beban atau dibiarkan, dia tetap mengulurkan lidahnya. Laki-laki yang memiliki sifat seperti anjing ini tergolong manusia yang paling buruk. Hal demikian menggambarkan kerakusan terhadap harta benda duniawi. Dia selain menyibukkan jiwa dan raganya untuk memburu benda duniawi ini, sehingga nampak dia sebagai seorang yang sedang lapar dan haus tak mengenal kepuasan atau keadaannya seperti anjing mengulurkan lidahnya, tampaknya haus dan lapar tak mengenal kepuasan untuk menginginkan air dan umpan.

Demikian pula perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka menentangnya, baik disebabkan kebodohan mereka atau pun disebabkan fanatisme mereka terhadap dunia yang menyebabkan mereka menutup mata terhadap suatu kebenaran dan meninggalkannya. Mereka menyadari kebenaran yang dibawa Muhammad saw. dan mengakui kesesatan dan kesalahan nenek moyang mereka setelah mereka merenungkan bukti kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah saw. Tetapi kesadaran dan pengakuan demikian itu lenyap dari jiwa mereka disebabkan hawa nafsu mereka ingin kepada kenikmatan duniawi, misalnya ingin kekuasaan dan kekayaan. Kaum Yahudi dan kaum musyrikin Arab menolak ayat-ayat Allah karena mereka ingin mempertahankan kekuasaan dan kepentingan mereka. Mereka takut kehilangan kenikmatan dan kemewahan hidup. Setan telah menggoda mereka agar tergelincir dari fitrah kejadian mereka yakni kecenderungan kepada agama tauhid.

Maka cerita laki-laki yang mempunyai banyak persamaan dengan kaum penentang ayat-ayat Allah itu, patut diberikan kepada mereka harapan agar mereka mau merenungkan dan memikirkan ayat-ayat Allah dengan jujur dan obyektif lepas dari rasa permusuhan dan kepentingan pribadi. Pikiran itu pelita hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.