Tafsir Surah Al-Anfal 30

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al Anfaal 30


وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُواْ لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.

Allah swt. mengingatkan Nabi Muhammad dan sahabatnya tentang suatu peristiwa yang pernah mereka alami pada saat mereka berada di Mekah. Mereka diselamatkan dari siksaan orang-orang musyrikin. Pada ketika itu orang-orang kafir Quraisy merencanakan tipu daya yang harus dilakukan terhadap Nabi, yaitu menawan Nabi sehingga ia tidak dapat bertemu dengan manusia dan tidak dapat lagi menyebarkan agama Islam, atau membunuh Nabi dengan cara yang menyukarkan kabilahnya untuk menuntut balas, sehingga tidak menyebabkan bahaya bagi siapa yang membunuhnya, atau mengusir Nabi dan mengasingkan ke tempat yang terpencil.

Diriwayatkan dari ahli-ahli tafsir bahwasanya Abu Talib berkata kepada Nabi:

إن أبا طالب قال للنبى صلى الله عليه وسلم: ما يأتمربه قومك؟ قال: يريدون أن يسجنوني أو يقتدوني أو يخرجوني، قال: من حدثك بهذا؟ قال: ربي، قال: نعم، الرب ربك فاستوصى به خيرا، قال: أنا استوصى به؟ بل هو يستوصى بى فنزل (وإذ يمكربك) الآية

Artinya:
Abu Talib bertanya kepada Nabi saw.: "Apa yang dirundingkan oleh kaummu?" Nabi menjawab: "Mereka menginginkan untuk memenjarakanku, membunuhku, atau mengusirku." Abu Talib bertanya: "Siapa yang memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi Muhammad menjawab: "Tuhanku." Abu Talib berkata: "Tuhan itu adalah Tuhanmu, maka perintahkanlah Dia (menjagamu) baik-baik." Nabi Muhammad menjawab: "Apakah aku akan memerintah Tuhanku?" Abu Talib menjawab: "Ya. Bahkan Tuhanmu telah memerintahkan kepadaku (supaya menjagamu)." Kemudian turunlah ayat ini."
(H.R Ibnu Juraij dan 'Ata)

Pada saat itu orang-orang kafir Quraisy merencanakan tipu daya. Allah swt. memberikan bantuan-Nya kepada Nabi Muhammad saw. yaitu Allah swt. menggagalkan usaha mereka dengan jalan memerintahkan Nabi dan sahabatnya berhijrah ke Madinah sehingga Nabi dan para sahabatnya selamat dari tipu daya orang musyrikin.

Di akhir ayat Allah swt. menegaskan bahwa Dia adalah sebaik-baik pembalas tipu daya, yaitu dapat mengalahkan tipu daya orang-orang musyrikin, dan orang-orang kafir Quraisy yang ingin mencelakakan Nabi.

Asbabun Nuzul Surah Al-Anfaal Ayat 30


Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang telah bercerita, bahwa ada segolongan orang-orang Quraisy dan para pemimpin setiap kabilah, mereka telah sepakat untuk mengadakan pertemuan di Darun Nadwah. Akan tetapi tiba-tiba muncullah di hadapan mereka iblis yang berupa seorang syekh (ketua) yang tampak agung penampilannya. Maka ketika mereka melihatnya, lalu mereka bertanya kepadanya, "Siapakah Anda?" Iblis menjawab, "Aku adalah seorang syekh dari penduduk Najd; aku telah mendengar tentang subjek yang akan dibicarakan di dalam pertemuan kalian. Lalu aku diperintahkan untuk menghadiri pertemuan kalian, dan niscaya saran dan nasihatku nanti tidak akan sia-sia untuk kepentingan kalian." Lalu mereka menjawab, "Baiklah, kalau demikian silakan masuk," maka iblis itu masuk bersama-sama dengan mereka ke dalam Darun Nadwah. Lalu iblis yang menyerupai syekh dari Najd itu berkata, "Cobalah kalian kemukakan tindakan apa yang akan kalian lakukan terhadap lelaki itu (Nabi Muhammad)." Maka salah seorang dari mereka mengatakan, "Ikatlah dia oleh kalian ke dalam ikatan yang erat sekali kemudian kalian membiarkannya hingga mati, sebagaimana yang telah dialami oleh para pendahulunya dari kalangan ahli-ahli syair seperti Zuhair dan Nabighah. Sesungguhnya dia itu tiada lain hanyalah seperti seseorang di antara mereka." Akan tetapi iblis yang dalam rupa seorang syekh dari Najd itu berkata, "Tidak, demi Allah, ini adalah pendapat yang tidak baik untuk kalian. Demi Allah, niscaya pasti akan ada seseorang yang akan keluar dari tempat tahanannya untuk memberitahukan kepada sahabat-sahabatnya. Maka mereka pasti akan melepaskan ikatannya dan mengambilnya dari tangan kalian, kemudian mereka mempertahankannya habis-habisan, sehingga keadaan kalian tidak akan aman lagi dan mereka pasti akan dapat mengusir kalian dari tanah tempat tinggal kalian. Maka coba kemukakan oleh kalian pendapat yang lainnya." Lalu ada seseorang lainnya yang mengatakan, "Kalian keluarkan dia dari tempat tinggal kita, maka kalian akan bebas dari ulahnya. Karena sesungguhnya bilamana dia telah keluar dari tanah tempat tinggal kita ini, niscaya kalian tidak akan tertimpa bahaya oleh perbuatannya." Maka iblis yang berupa syekh dari Najd itu berkata, "Demi Allah, hal ini bukan pendapat yang baik bagi kalian. Tidakkah kalian melihat sendiri akan tutur bahasanya yang manis dan kefasihan lisannya? Maka niscaya hati orang-orang akan terpikat mendengar tutur katanya itu. Demi Allah, seandainya kalian melakukan usulnya itu, kemudian ia menawarkan kepada orang-orang Arab semuanya, maka niscaya mereka mau berkumpul mengikuti seruannya. Kemudian dia pasti akan berangkat untuk menyerang kalian, lalu mengusir kalian dari negeri kalian sendiri dan membunuh orang-orang terhormat kalian." Mendengar jawaban iblis itu lalu mereka berkata, "Demi Allah, apa yang dikatakannya itu benar; maka coba kemukakan lagi pendapat yang selain itu dari kalian." Lalu Abu Jahal berkata mengajukan usulnya, "Demi Allah, aku akan mengemukakan kepada kalian suatu pendapat yang belum kalian temukan sebelumnya, aku melihat bahwa pendapat inilah yang paling baik." Kemudian mereka yang hadir menjawab, "Coba kemukakanlah usulmu itu?" Abu Jahal mengatakan, "Kalian harus mengambil dari setiap kabilah seorang pemuda yang kuat sebagai wakilnya, kemudian masing-masing pemuda dari mereka diberi pedang yang tajam, lalu mereka secara beramai-ramai memukulnya dengan pedang-pedang mereka sekaligus. Maka jika kalian telah membunuhnya berarti darahnya terbagi-bagi di antara semua kabilah; aku menduga bahwa puaknya itu (Bani Hasyim) tidak akan mampu untuk memerangi kabilah Quraisy secara keseluruhan untuk membalas kematiannya. Dan sesungguhnya jika orang-orang Bani Hasyim melihat kenyataan tersebut, maka niscaya mereka mau menerima diatnya saja, kemudian kita semua bebas dan berhasil membungkam sikapnya yang menyakitkan itu." Maka iblis yang berupa syekh dari Najd itu berkata, "Ini, demi Allah, adalah pendapat yang benar dan jitu; pendapat yang paling tepat adalah pendapat yang telah dikatakan olehnya (Abu Jahal), aku melihat tidak ada pendapat yang paling baik selain daripada pendapatnya itu." Setelah itu mereka berpisah dengan membawa suatu kesepakatan, yaitu seperti apa yang telah dikemukakan oleh usul Abu Jahal tadi. Lalu malaikat Jibril mendatangi Nabi saw. dan memerintahkan dia supaya jangan menginap pada malam itu pada tempat yang biasa ia tidur, serta malaikat Jibril memberitahukan kepada beliau tentang makar yang telah direncanakan oleh kaumnya. Pada malam itu Rasulullah saw. tidak tidur di rumahnya, dan pada saat itu juga Allah swt. memberikan izin kepadanya untuk keluar berhijrah (ke Madinah). Ketika Rasulullah saw. telah sampai di Madinah dengan selamat tanpa kekurangan sesuatu pun, lalu turunlah firman-Nya yang mengingatkannya kepada nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada dirinya, yaitu firman-Nya, "Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya (tipu muslihat) terhadap dirimu." (Q.S. Al-Anfaal 30). Ibnu Jarir telah mengetengahkan hadis lainnya melalui jalur periwayatan Ubaid bin Umair dari Mutthalib bin Abu Wadda'ah. Hadis yang diriwayatkannya itu mengatakan, bahwa pada suatu hari Abu Thalib berkata kepada Nabi saw., "Rencana makar apakah yang telah dipersiapkan oleh kaummu terhadap dirimu?" Nabi saw. menjawab, "Mereka bermaksud untuk memenjarakan diriku, atau membunuhku, atau mengusirku." Abu Thalib bertanya kembali, "Siapakah yang telah memberitahukan hal itu kepadamu?" Nabi saw. menjawab, "Rabb (Tuhan)ku." Abu Thalib berkata, "Sebaik-baik Rabb adalah Rabbmu, pesankanlah kepada-Nya supaya berbuat baik terhadap dirimu." Nabi saw. menjawab, "Aku memesankan kepada-Nya supaya berbuat baik? Tidak, bahkan Dialah yang berpesan kepadaku supaya berbuat baik." Pada saat itulah turun firman-Nya, "Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya (tipu muslihat) terhadap dirimu...." (Q.S. Al-Anfaal 30). Sehubungan dengan hadis di atas Ibnu Katsir menilai, bahwa sebutan tokoh Abu Thalib dalam hadis di atas sangat aneh sekali, karena kisahnya terjadi di malam hijrah, yang hal ini berlangsung setelah lewat tiga tahun sejak kematian Abu Thalib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.