Tafsir Indonesia Depag Surah Al-A'raf Ayat 188
قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".
Kemudian Allah swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk menegaskan kepada umat manusia, bahwa segala perkara dalam dunia ini yang membawa manfaat atau membawa mudarat adalah berasal dari Allah swt. Nabi Muhammad saw. sendiri walaupun dekat pada Allah swt. tidaklah menguasai kemanfaatan dan kemudaratan sehingga dia dapat mengatur menurut kehendaknya. Dia bukanlah pemilik kedua perkara itu bukan pula sumbernya. Bahkan malang tak dapat ditolaknya bila tiba kepada dirinya atau pun orang lain, dan untung tak dapat diraihnya bila menjauh dari dirinya atau diri orang lain. Kedua perkara itu datang dan pergi dari diri seseorang tergantung kepada kodrat Allah swt.
Kaum Muslimin pada mulanya beranggapan bahwa setiap orang yang menjadi rasul tentulah dia mengetahui perkara-perkara yang gaib, memiliki kemampuan di luar kemampuan manusia biasa, baik untuk mencari sesuatu keuntungan atau pun menolak sesuatu kemudaratan untuk dirinya atau pun untuk orang lain. Buat memperbaiki kekeliruan pandangan ini, Allah swt. menyuruh Rasulullah untuk menjelaskan bahwa kedudukan rasul tidak ada hubungannya dengan hal yang demikian itu. Rasul hanyalah pemberi petunjuk dan bimbingan, tiadalah dia mempunyai daya mencipta atau meniadakan. Apa yang diketahuinya tentang hal-hal yang gaib adalah yang diberi tahu oleh Allah swt. kepadanya.
Sekiranya Nabi saw. mengetahui hal-hal yang gaib, misalnya mengetahui peristiwa-peristiwa di hari mendatang, tentulah Nabi saw. mempersiapkan dirinya lahir batin, moril dan materil untuk menghadapi peristiwa itu dan tentulah beliau tidak akan ditimpa kesusahan.
Sebenarnya Rasulullah saw. adalah manusia biasa. Perbedaan dengan orang biasa hanyalah terletak pada tugas yang dibebankan kepada beliau, yakni memberikan bimbingan dan pengajaran yang telah digariskan Allah swt. untuk manusia. Nabi hanyalah memberi peringatan dan membawa berita gembira kepada orang yang beriman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.