Al-A'raf 180

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al-A'raf Ayat 180


وَلِلّهِ الأَسْمَاء الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُواْ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَآئِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

Hanya milik Allah asmaa-ul husna [585], maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama- nama-Nya [586]. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

[585] Maksudnya: nama-nama yang agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah. [586] Maksudnya: janganlah dihiraukan orang-orang yang menyembah Allah dengan nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul husna, tetapi dengan maksud menodai nama Allah atau mempergunakan asmaa-ul husna untuk nama-nama selain Allah.

Sesudah Allah swt. menguraikan sifat-sifat manusia yang sesat pada ayat yang lalu, maka pada ayat ini Allah menyatakan bahwa Dia mempunyai "asmaul husna" dan menyerukan agar hamba-hamba-Nya berdoa dan memuji-Nya dengan menyebut asmul husna itu, mudah-mudahan mereka terhindar jauh dari sifat-sifat yang buruk dan lepas dari neraka Jahanam.

Asma'ul Husna artinya nama-nama Allah yang paling baik, paling luas dan paling dalam pengertiannya sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

إن لله تسعة وتسعين إسما مائة غلا واحد من أحصاها دخل الجنة

Artinya:
Sesungguhnya Allah swt. mempunyai sembilan puluh sembilan nama seratus kurang satu, barangsiapa menghafalnya masuklah dia ke surga.
(H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Jumlah sembilan puluh sembilan itu tidaklah berarti batas jumlah, sesungguhnya nama Allah itu tidaklah terbatas. Dalam Alquran nama Allah lebih dari jumlah angka tersebut. Nama-nama itu merupakan sifat dari zat Allah Yang Maha Esa, bukan zat Tuhan yang dikira orang musyrikin. Ada riwayat dari Muqatil mengatakan bahwa seorang laki-laki berdoa sesudah salat dan mengucapkan, "Wahai Ar-Rahman (Yang Maha Penyayang)." Maka berkatalah sebagian orang musyrikin, "Sesungguhnya Muhammad dan pengikutnya mengatakan bahwa mereka menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tetapi mengapa laki-laki itu berdoa kepada dua Tuhan (Allah dan Ar-Rahman)." Maka kemudian turunlah ayat ini.

Mengenai Asma'ul Husna yang sembilan puluh sembilan itu diriwayatkan oleh Turmuzi dan Hakim dari jalan (sanad) Al-Walid bin Muslim sebagai berikut:

Dialah Allah yang tiada Tuhan kecuali Dia, (1) Yang Maha Pengasih, (2) Yang Maha Penyayang, (3) Maha Raja, (4) Yang Maha Suci, (S) Maha Sejahtera, (6) Yang Maha Menenteramkan, (7) Yang Maha Memelihara, (8) Yang Maha Perkasa, (9) Yang Maha Kuasa, (10) Yang Memiliki Kebesaran, (11) Yang Menciptakan, (12) Yang Mengadakan, (13) Yang Membentuk Rupa, (14) Yang Maha Pengampun, (15) Yang Maha Mengalahkan, (16) Yang Maha Pemberi, (17) Yang Maha Memberi Rezeki, (18) Yang Maha Memberi Keputusan, (19) Yang Maha Mengetahui, (20) Yang Maha Menyempitkan (menahan) Rezeki, (21) Yang Melapangkan Rezeki, (22) Yang Maha Merendahkan, (23) Yang Meninggikan, (24) Yang Menjadikan Mulia (25) Yang Menjadikan Hina, (26) Yang Maha Mendengar, (27) Yang Maha Melihat, (28) Yang Jadi Hakim, (29) Yang Maha Adil, (30) Yang Maha Halus, (31) Yang Maha Tahu, (32) Yang Maha Santun, (33) Yang Maha Agung, (34) Yang Maha Mengampuni, (35) Yang Maha Mensyukuri, (36) Yang Maha Tinggi, (37) Yang Maha Besar, (38) Yang Maha Memelihara, (39) Yang Maha Penentu Waktu, (40) Yang Maha Membuat Perhitungan, (41) Yang Penuh Kebesaran, (42) Yang Maha Kemuliaan, (43) Yang Jadi Pengawas, (44) Yang Maha Membuat Perhitungan, (45) Yang Maha Luas, (46) Yang Maha Bijaksana, (47) Yang Maha Pengasih, (48) Yang Maha Mulia, (49) Yang Membangkitkan, (50) Yang Maha Menjadi Saksi, (51) Yang penuh Kebenaran, (52) Yang Menjadi Tempat Bertawakkal, (53) Yang Maha Kuat, (54) Yang Maha Kokoh, (55) Yang Mengelola, (56) Yang Maha Terpuji, (57) Yang Menghitung, (58) Yang Menciptakan, (59) Yang Mengembalikan, (60) Yang Menghidupkan, (61) Yang Mematikan, (62) Yang Hidup, (63) Yang Berdiri Sendiri, (64) Yang Menemukan, (65) Yang Mulia, (66) Yang Satu Tunggal, (67) Yang Maha Esa, (68) Yang Menjadi Tujuan Tumpuan Hidup dan Mati, (69) Yang Maha Kuasa, (70) Yang Berkuasa, (71) Yang Terdahulu, (72) Yang Terakhir, (73) Yang Awal, (74) Yang Akhir, (75) Yang Nyata, (76) Yang Tersembunyi, (77) Yang Melindungi, (78) Yang Meninggikan, (79) Yang Banyak Melimpahkan Kebajikan, (80) Yang Maha Memberi Ampun, (81) Yang Menjatuhkan Pembalasan, (82) Yang Memberi Maaf, (83) Yang Maha Penyayang, (84) Yang Memiliki Kekuasaan, (85) Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan, (86) Yang Maha Adil, (87) Yang Menghimpun, (88) Yang Maha Kaya, (89) Yang Memberi Kekayaan, (90) Yang Mencegah, (91) Yang Memudaratkan, (92) Yang Memberi Kemanfaatan, (93) Cahaya, (94) Yang Memberi Bimbingan, (95) Yang Maha Pencipta, (96) Yang Kekal, (97) Yang Mewarisi, (98) Yang Memiliki Petunjuk, (99) Yang Maha Sabar. 413)

Allah swt. memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menyebutkan nama-nama yang paling baik ini dalam berdoa atau berzikir. Karena dengan berdoa dan berzikir itu, mereka bertambah hidup dan subur dalam jiwa mereka. Para ahli hadis berbeda pendapat tentang nama-nama Allah swt. ini. Pendapat yang terkuat memandang hadis ini daif. Sebab itu Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya.

Dalam pada itu Allah swt. memerintahkan pula kepada orang-orang yang beriman agar mereka meninggalkan perilaku orang-orang yang menyimpangkan pengertian nama-nama Allah swt. dan pengertian yang benar, misalnya dengan memberikan takwil atau memutar-balikkan pengertian sehingga mengaburkan kesempurnaan yang mutlak dari sifat-sifat Allah swt. Mereka yang berbuat demikian kelak akan ditimpa azab Allah swt. Penyimpangan atau penyelewengan dari nama-nama Allah Yang Maha Sempurna itu bermacam-macam bentuknya, antara lain:

1. Memberikan nama kepada Allah swt. dengan nama yang tidak ada terdapat dalam Alquran atau pun dalam hadis Rasulullah saw. yang sahih. Semua ulama bersepakat bahwa nama dan sifat Allah itu harus didasarkan atas penjelasan Alquran dan hadis Rasulullah saw. Tidak dibenarkan memberi nama kepada Allah swt. dengan nama yang dilarang oleh syara'.

2. Menolak nama-nama dan sifat-sifat yang telah ditetapkan oleh Allah swt. untuk zat-Nya, atau menolak untuk menisbahkan suatu perbuatan (faal) kepada Allah swt. karena memandang yang demikian itu tidak patut bagi kesucian-Nya atau mengurangi kesucian-Nya. Mereka yang menolak ini memandang diri mereka seolah-olah lebih mengetahui dari Allah dan Rasul-Nya, mana yang layak dan mana yang tidak bagi Allah swt.

3. Menamakan sesuatu selain Allah swt. dengan nama yang hanya layak bagi Allah swt.

4. Memutar-balikkan nama dan sifat-sifat Allah swt. dengan memberikan tafsiran-tafsiran sehingga keluar dari pengertian dan maksud yang sebenarnya, seperti paham yang menggambarkan sifat-sifat Allah swt. seperti sifat seorang manusia, seperti mendengar, melihat, berkata-kata, punya muka, tangan, kaki, tertawa, marah, senang dan sebagainya. Atau paham yang memberikan tafsiran terhadap sifat-sifat Allah swt. sedemikian rupa sehingga sifat Allah swt. itu seperti tidak ada.

5. Mempersekutukan Allah dengan sembahan selain Allah dalam segi nama yang khusus untuk Allah swt. Seperti memakai lafal Allah untuk sebuah berhala atau kata Rabbul Alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.