Al-A'raf 148

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al-A'raf Ayat 148


وَاتَّخَذَ قَوْمُ مُوسَى مِن بَعْدِهِ مِنْ حُلِيِّهِمْ عِجْلاً جَسَدًا لَّهُ خُوَارٌ أَلَمْ يَرَوْاْ أَنَّهُ لاَ يُكَلِّمُهُمْ وَلاَ يَهْدِيهِمْ سَبِيلاً اتَّخَذُوهُ وَكَانُواْ ظَالِمِينَ

Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara [570]. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zalim.

[570] Mereka membuat patung anak lembu dari emas. Para Mufassirin berpendapat bahwa patung itu tetap patung tidak bernyawa dan suara yang seperti lembu itu hanyalah disebabkan oleh angin yang masuk ke dalam rongga patung itu dengan tekhnik yang dikenal oleh Samiri waktu itu dan sebagian mufassirin ada yang menafsirkan bahwa patung yang dibuat dari emas itu kemudian menjadi tubuh yang bernyawa dan mempunyai suara lembu.

Ayat ini menerangkan bahwa Bani Israil telah menyembah patung anak sapi selama kepergian Musa ke bukit Sinai menerima wahyu dari Allah swt. Patung anak sapi itu dibuat oleh Samiri yang berasal dari suku Assamirah, salah satu dari suku-suku yang ada di kalangan Bani Israil. Samiri membuat patung itu atas anjuran para pemuka Bani Israil.

Nama Samiri disebutkan dalam firman Allah swt.:

قَالَ فَإِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِنْ بَعْدِكَ وَأَضَلَّهُمُ السَّامِرِيُّ

Artinya:
Allah berfirman: "Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh Samiri."
(Q.S Taha: 85)

Patung anak sapi itu dibuat dari emas yang berasal dari emas-emas perhiasan wanita-wanita Mesir yang dipinjam oleh wanita-wanita Bani Israil yang dibawanya waktu mereka meninggalkan negeri Mesir itu. Emas-emas perhiasan itu dilebur dan dibentuk oleh Samiri menjadi patung anak sapi.

Keinginan Bani Israil menyembah patung anak sapi sebagai tuhan selain Allah ini adalah pengaruh dari kebiasaan mereka di Mesir dahulu. Sebetulnya nenek moyang mereka adalah orang-orang muwahiddin (ahli tauhid) karena mereka adalah keturunan Nabi Yakub. Akan tetapi setelah bergaul dengan orang Mesir, maka menjalarlah gejala-gejala wasaniyah (menyembah selain Allah) itu kepada mereka. Ibadah wasaniyah ini telah menjadi kebiasaan saja dan telah mendarah daging dalam diri mereka sehingga sebentar saja mereka jauhi, maka timbullah keinginan mereka hendak melakukan kebiasaan tersebut.

Ada perbedaan pendapat antara ahli tafsir tentang patung anak sapi sebagai tuhan selain Allah ini yang disembah Bani Israil itu, apakah berupa anak sapi yang sebenarnya, yang hidup dan dapat bersuara atau berupa patung anak sapi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga jika ditiupkan angin ke dalamnya ia akan dapat bersuara.

Menurut Qatadah, Hasan Al-Basri dan perawi-perawi yang lain bahwa anak sapi yang disembah Bani Israil itu adalah anak sapi yang sebenarnya, yang hidup dan dapat bersuara seperti suara anak sapi yang sebenarnya.

Anak sapi itu berasal dari patung anak sapi yang terbuat dari emas perhiasan yang dibawa Bani Israil. Emas perhiasan itu dikumpulkan oleh Samiri, dilebur dan dibuat patung yang berbentuk anak sapi. Diceritakan bahwa Samiri telah melihat malaikat Jibril mengendarai kuda menolong Bani Israil dari pengejaran Firaun dan tentaranya, menyeberang laut Qulzum. Menurut kepercayaan Samiri: setiap benda mati yang terpijak atau terkena bekas telapak kuda itu akan hiduplah dia, seperti makhluk hidup biasa ini. Maka Samiri mengambil tanah bekas telapak kuda Jibril itu. Sewaktu ia membuat patung anak sapi itu, maka dimasukkannyalah sebagian tanah bekas telapak kuda ke dalam patung anak sapi itu, sehingga patung anak sapi itu hidup, bertubuh, bersuara sebagaimana anak sapi biasa. Inilah yang disembah oleh Bani Israil.

Menurut pendapat kedua: Suara dari patung anak sapi itu adalah karena masuknya angin ke dalam rongganya dan keluar dari lobang yang lain, sehingga menimbulkan suara. Hal ini dapat dibuat dengan memasukkan alat semacam pipa yang dapat berbunyi dalam rongga patung anak sapi itu. Jika pipa itu dihembus angin, maka berbunyilah patung anak sapi seperti bunyi anak sapi sebenarnya. Karena hal seperti itu dipandang aneh oleh Bani Israil, maka dengan mudah timbul kepercayaan pada diri mereka bahwa patung anak sapi itu berhak disembah, sebagaimana halnya menyembah Allah. Dari kedua pendapat ini maka pendapat kedua adalah pendapat yang sesuai dengan akal pikiran.

Allah swt. mencela perbuatan Bani Israil yang lemah iman itu, yang tidak dapat membedakan antara Tuhan yang berhak disembah dengan sesuatu yang ganjil yang baru pertama kali mereka lihat dan ketahui. Mereka tidak dapat membedakan antara Tuhan yang menurunkan wahyu kepada para Rasul dan makhluk Tuhan yang hanya dapat bersuara yang tidak diketahui maksud dari suara itu. Jika mereka pikir kemampuan diri mereka sendiri mungkin diri mereka lebih baik, lebih mempunyai kesanggupan berbicara dari patung anak sapi itu.

Bani Israil berbuat demikian itu bukanlah berdasar sesuatu dalil yang kuat, mereka berbuat demikian hanyalah karena pengaruh adat kebiasaan nenek moyang mereka yang ada di Mesir dahulu yang menyembah anak sapi. Padahal kepada mereka telah diturunkan bukti-bukti yang nyata, seperti membelah laut, tongkat menjadi ular dan sebagainya. Karena mereka tidak mau memperhatikan bukti-bukti dan dalil-dalil, mereka mengingkari Allah yang berakibat buruk pada diri mereka sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.