Al-A'raf 105

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al-A'raf Ayat 105


حَقِيقٌ عَلَى أَن لاَّ أَقُولَ عَلَى اللّهِ إِلاَّ الْحَقَّ قَدْ جِئْتُكُم بِبَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ فَأَرْسِلْ مَعِيَ بَنِي إِسْرَائِيلَ

wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku".

Selanjutnya Nabi Musa menamhahkan keterangannya, bahwa dia hanyalah mengatakan yang hak mengenai Allah SWT. Artinya: apa yang dikatakannya bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam dan bahwa Dia telah mengutusnya sebagai Rasul adalah hal yang sebenarnya. Ia tidak mengatakan sesuatu yang tidak benar, karena mustahil Allah mengutus seorang yang suka berdusta.

Kemudian ditegaskannya lagi, bahwa ia sedang membawa bukti-bukti yang dikaruniakan Allah kepadanya untuk membuktikan kebenarannya dalam dakwahnya. Dalam ucapan itu, Nabi Musa a.s. memakai ungkapan, "Sesungguhnya aku datang kepadamu membawa bukti dari Tuhanmu". Ini adalah untuk menunjukkan bahwa Firaun bukanlah Tuhan, melainkan adalah hamba Tuhan. Sedang Tuhan yang sebenarnya adalah Allah SWT.

Keterangan ini sangat penting artinya, karena Firaun yang angkuh itu telah mengaku sebagai Tuhan dan ia menyuruh rakyatnya menyembah kepadanya. Maka penegasan Nabi Musa ini telah menyingkapkan kebohongan dan kesombongan Firaun, yang telah menempatkan dirinya sebagai Tuhan. Selain itu, ungkapan Nabi Musa, juga mengandung arti, bahwa bukti-bukti yang dibawanya adalah karunia Allah, bukan dari dia sendiri.

Pada akhir ayat ini disebutkan, bahwa setelah mengemukakan keterangan keterangan tersebut di atas, maka Musa a.s. menuntut kepada Firaun agar ia membebaskan Bani Israel dari cengkeraman kekuasaan dan perbudakannya dan membiarkan mereka itu pergi bersama Nabi Musa meninggalkan negeri Mesir, kembali ke tanah air mereka di Palestina, supaya mereka bebas dan merdeka untuk menyembah Tuhan mereka sebenarnya.

Tuntutan Nabi Musa ini mengandung arti bahwa perbudakan oleh manusia terhadap sesama manusia harus dilenyapkan dan seorang penguasa hendaklah memberikan kebebasan kepada orang-orang yang dalam kekuasaannya untuk memeluk agama serta melakukan ibadah menurut kepercayaan masing-masing Oleh sebab itu, kalau Firaun tidak mau beriman kepada Allah, namun setidak tidaknya janganlah menghalangi orang lain untuk beriman dan beribadah menurut keyakinan mereka.

Adalah menarik untuk diperhatikan bahwa ucapan pertama kali dari Nabi Musa a.s. dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai Rasul adalah berbeda dengan ucapan Nabi dan rasul-rasul sebelumnya, ketika mereka mulai brdakwah, misalnya:

a. Ucapan pertama dari Nabi Nuh a.s. kepada kaumnya adalah sebagai berikut:

يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Artinya:
"Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Nya". Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).
(Q.S Al A'raf: 59)

b. Ucapan Nabi Hud kepada kaum 'Ad adalah:

يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ

Artinya:
"Hai kaumku, sembahlah Allah sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada Nya?".
(Q.S Al A'raf: 65)

Dan ucapan Nabi Saleh kepada kaum Tsamud adalah.

يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ هَذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ ءَايَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Artinya:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.".
(Q.S Al A'raf: 73)

c. Ucapan Nabi Syuaib kepada kaumnya, penduduk Madyan, adalah:

يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ

Artinya:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu".
(Q.S Al A'raf: 85)

Sedang ucapan pertama dan Nabi Musa yang ditujukan kepada Firaun adalah:

يَافِرْعَوْنُ إِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya:
Hai Firaun! Sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta Alam.
(Q.S Al A'raf: 104)

Bila kita bandingkan antara ayat-ayat tersebut teranglah perbedaannya, yaitu bahwa, ucapan pertama dari Rasul-rasul sebelum Nabi Musa a.s. yang ditujukan kepada kaum mereka masing-masing adalah berisi seruan kepada agama tauhid, yaitu menyembah Allah semata-mata, dengan alasan bahwa Allah sajalah yang sebenarnya Tuhan, tidak ada Tuhan bagi manusia selain Allah. Sedang ucapan pertama dari Nabi Musa dan ditujukan kepada Firaun adalah berisi pemberi tahuan kepadanya bahwa ia (Musa) adalah utusan Tuhan. Dengan demikian, dalam ucapan itu tidak ada seruan yang nyata kepada Firaun agar ia menyemhah Allah.

Dari sini, dapat diambil kesimpulan atau pengertian sebagai berikut:

a. Obyek (sasaran) yang terutama dari dakwah Musa bukanlah Firaun melainkan kaumnya sendiri, yaitu Bani Israel. Ia bertugas untuk melepaskan Bani Israel dari perbudakan Firaun dan membimbing kaumnya kepada agama yang benar.

b. Nabi Musa sudah mengenal watak dan kelakuan Firaun. Firaun tidak saja ingkar kepada Allah swt. bahkan juga ia menganggap dirinya sebagai Tuhan dan menyuruh orang lain untuk menyembah kepadanya. Oleh sebab itu cukuplah bila ia diberi peringatan bahwa Tuhan yang sebenarnya bukanlah dia, melainkan Allah Pencipta alam semesta. Tidak ada faedahnya untuk mengajak Firaun menyembah Allah, karena ajakan ini tidak akan dihiraukan dan tidak akan diindahkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.