Al-A'raf 103

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al-A'raf Ayat 103


ثُمَّ بَعَثْنَا مِن بَعْدِهِم مُّوسَى بِآيَاتِنَا إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَظَلَمُواْ بِهَا فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ

Kemudian Kami utus Musa sesudah rasul-rasul itu dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir'aun [553] dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari ayat-ayat itu. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan.

[553] Fir'aun adalah gelar bagi raja-raja Mesir purbakala. Menurut sejarah, Fir'aun di masa Nabi Musa u ialah Menephthah (12321224 S.M.) anak dari Ramses.

Kisah Nabi Musa a.s. terdapat dalam surah Makiah dalam Alquran, baik surah-surah yang panjang maupun yang pendek, dimulai dari surah Al A'raf yang merupakan surah Makiah pertama menurut susunan surah-surah Alquran, di mana terdapat kisah Nabi Musa a.s. Kemudian terdapat pula surah Taha, Asy Syu'ara, An Naml, Al Qasas, Yunus, Hud dan Al Mu'minun.

Nama Nabi Musa a.s. seringkali disebut dalam Alquran lebih dari 130 kali. Tidak ada seorangpun Nabi lainnya, ataupun raja-raja yang namanya disebut sebanyak itu dalam Alquran. Hal ini disebabkan antara lain karena kisah Nabi Musa sangat mirip dengan kisah Nabi Muhammad saw. Selain itu, kedua Nabi ini mempunyai umat yang besar jumlahnya, yang memiliki kekuasaan dan kemajuan peradaban yang tinggi.

Nabi Musa adalah putra Imran. Ia berkebangsaan Bani Israel, dilahirkan di Mesir, ketika Bani Israel menetap di negeri Mesir, di masa kekuasaan raja-raja Firaun. Menurut suatu riwayat nama Musa berasal dari dua buah perkataan bahasa Qibty, yaitu, "MU", yang berarti "air" dan "SA" yang berarti "pohon". Ia diberi nama demikian, ketika ibunya menghanyutkannya di sungai Nil, karena takut kepada perbuatan kejam Firaun yang telah memerintahkan untuk membunuh setiap anak lelaki yang dilahirkan dari Bani Israel. Ibunya meletakkan bayinya ke dalam sebuah peti kayu yang dikunci rapat, kemudian dihanyutkan ke sungai Nil, sehingga peti tersebut terapung di air. Ibunya meminta kepada saudara Musa (yang perempuan) untuk memperhatikan sampai di mana hanyutnya peti yang berisi Musa tersebut dan siapa yang memungut bayi tersebut. Anak perempuan itu akhirnya melihat bahwa bayi itu dipungut oleh keluarga Firaun, selanjutnya Musa tinggal dan dibesarkan di istana raja tersebut, sebagaimana nanti dikisahkan dalam surah Al Qasas.

Dalam ayat ini, Allah swt. menceritakan bahwa setelah mengutus Rasul rasul-Nya yang tersebut dalam ayat-ayat terdahulu maka Dia mengutus Nabi Musa a.s. dengan membawa ayat-ayat-Nya kepada Firaun dan pemuka-pemukanya. Firaun adalah gelar yang dipakai oleh raja-raja di Mesir, pada masa dahulu kala, sebagaimana gelar "Kisra" bagi raja-raja Persia dan gelar "Kaisar" bagi raja raja Romawi. Firaun yang memerintah di Mesir pada masa Nabi Musa, bernama Minepthah putra Ramses II. Mumia (mayat) Minepthah masih ada sampai sekarang dan disimpan di Museum Mesir, Kairo.

Disebut dalam ayat ini, bahwa Firaun tersebut bersama pemuka-pemukanya telah kafir terhadap ayat-ayat Allah yang dibawa oleh Nabi Musa a.s. kepada mereka.

Ayat-ayat atau mukjizat yang dibawa Musa a.s. kepada mereka, tetap mereka tolak dengan sikap angkuh dan sombong. Firaun dan para pemukanya telah memperhamba rakyatnya, lebih-lebih terhadap Bani Israel yang merupakan orang asing yang tinggal di Mesir ketika itu, di bawah cengkeraman kekuasaan yang zalim dari Firaun dan para pemukanya.

Andai kata Firaun dan para pemukanya itu beriman kepada Nabi Musa dan agama yang dibawanya, niscaya seluruh penduduk negeri Mesir ketika itu tentulah beriman pula, sebab mereka itu semuanya berada dalam genggaman kekuasaan Firaun dan para pembesarnya.

Karena keingkaran Firaun dan para pemhesarnya, maka pada akhir ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad beserta umatnya untuk memperhatikan bagaimana akibat orang-orang yang ingkar kepada rasul-rasul-Nya serta berbuat kerusakan di bumi, yaitu dengan berbuat kelaliman serta memperbudak sesama manusia. Allah akan menceritakan dalam ayat selanjutnya bagaimana Nabi Musa sebagai salah seorang dari Bani Israel yang tertindas dan akhirnya dapat mengalahkan ahli-ahli sihirnya serta meyakinkan para ulamanya tentang kebenaran risalah yang dibawanya.

Bani Israel keturunan Nabi Yakub yang bernama Israel. Nabi Yakub berasal dari Kan'an (Palestina). Dia berpindah ke Mesir bersama keluarga dan putra-putranya setelah diajak oleh putranya, yaitu Nabi Yusuf untuk pindah ke Mesir itu. Nabi Yusuf di waktu itu diangkat oleh Firaun menjadi penguasa yang mengurus perbekalan negara. Keturunan Nabi Yakub ini berkembang biak di Mesir, hingga akhirnya menjadi satu bangsa yang besar yang disebut Bani Israel.

Tatkala Firaun di zaman Nabi Yakub telah meninggal dunia dan Mesir diperintah oleh Firaun-Firaun yang lain, mereka tidak mengenal Nabi Yusuf lagi dan begitupun jasanya tidak pernah disebut-sebut lagi, karena Bani Israel bukanlah penduduk asli hanyalah sebagai bangsa pendatang, maka Firaun dan para pemuka-pemuka kaumnya mencurigai mereka. Firaun berusaha agar Bani Israel tidak terus berkembang-biak, dengan membunuh setiap anak lelaki mereka yang lahir dan membiarkan hidup anak-anak perempuannya. Mereka diwajibkan mengabdi kepada kepentingan Firaun dan kaumnya memperbudak mereka dengan memungut pajak yang sangat tinggi dan menjadikan mereka sebagai pekerja-pekerja paksa dan berat dan berbagai bentuk penindasan dan perbudakan yang lain.

Oleh karena au, maka Allah swt. mengutus Nabi Musa untuk membebaskan mereka dari perbudakan Firaun dan membawa mereka keluar dari negeri Mesir. Pertolongan Allah pada Nabi Musa a.s. selanjutnya, ialah menimpakan azab kepada Firaun dan menyelamatkan kaum Nabi Musa, serta tenggelamnya Firaun dan para pengikutnya dan bala tentaranya di Laut Merah ketika mereka mengejar Nabi Musa dan kaumnya. Kisah ini mengandung pelajaran yang amat berharga, bahwa kekuatan material (kebendaan) semata-mata tidak menjamin kemenangan bagi seorang atau sesuatu bangsa. Sebaliknya, suatu umat yang mempunyai keimanan yang teguh kepada Allah, niscaya akan memperoleh penolongan dari pada-Nya, sehingga umat tersebut akan dapat mengalahkan (orang-orang yang hanya bersandar kepada kekuatan material semata-mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.