Tafsir Indonesia Depag Surah Al-A'raf Ayat 34
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu [537]; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.
[537] Maksudnya: tiap-tiap bangsa mempunyai batas waktu kejayaan atau keruntuhan.
Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa tiap-tiap umat atau bangsa itu ada ketentuan ajalnya, yaitu mempunyai batas-batas waktu yang tertentu untuk maju atau mundurnya, untuk jaya atau hancurnya. Yang menentukan ialah Allah swt. sesuai dengan sunah-Nya dan kehendak-Nya. Ketentuan ajal, maksudnya ialah ketentuan waktu turunnya azab bagi umat atau bangsa yang telah durhaka, tidak mau menerima kebenaran, berlaku sewenang-wenang sekehendak nafsunya, tidak segan-segan mengerjakan yang keji dan yang mungkar.
Maka ketentuan turunnya azab itu ada dua macam, yaitu umat itu harus hancur musnah sampai hilang dari permukaan bumi. Seperti malapetaka yang telah diturunkan Allah kepada kaum Nuh, `Ad, Tsamud, Firaun, Luth dan lain-lainnya. Sesungguhnya umat itu telah hilang dari permukaan bumi tersebab kedurhakaan dan keingkaran mereka tidak menerima ajaran-ajaran yang dibawa oleh rasul-rasul mereka. Sudah diberi peringatan berkali-kali, namun mereka tidak percaya, bahkan semakin membangkang dan sombong. Maka tibalah ajal mereka dengan kehancuran dan kebinasaan sampai musnah.
Firman Allah swt.:
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
Artinya:
Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.
(Q.S Hud: 102)
Azab yang merupakan kehancuran seperti ini hanya khusus bagi umat-umat rasul-rasul yang terdahulu yang tidak akan terjadi lagi pada umat Nabi Muhamamd saw. sebab kedatangan Nabi Muhammad saw. adalah rahmat bagi semua penghuni alam ini.
Firman Allah swt. lagi:
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
Artinya:
Kami tidak mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
(Q.S Al Anbiya': 107)
Selain ketentuan harus hancur juga ada ketentuan umat itu menjadi hina, miskin, bodoh, dijajah dan lain-lain. Allah menurunkan azab bukan untuk menghancurkannya tapi umat itu hilang kebesarannya dan kemuliaannya, jatuh jadi umat yang hina dina, tidak ada harga dan kemuliaan lagi.
Sejarah sudah banyak menunjukkan suatu umat pada mulanya menjadi jaya dan terhormat, tapi akhirnya jatuh hina dan melarat, sebab mereka sudah lupa daratan, gila kesenangan pribadi, berfoya-foya menghamburkan harta kekayaan untuk maksiat. Berlaku sewenang-wenang berbuat aniaya sesama manusia, menghabiskan harta umat dengan cara yang tidak benar dengan korupsi, menipu dan lain-lain. Penyakit syirik sudah berjangkit pula yaitu di samping menyembah Allah, juga menyembah makhluknya. Sebab demikian, maka datanglah ajal umat atau bangsa itu, mereka menjadi umat yang lemah dan hina di mata manusia. Azab kalau sudah datang, tak dapat diminta undurkan agak sesaat dan tidak pula dapat dimajukan. Tidak seorang pun yang tahu saat datangnya azab itu hanya Allah sendirilah yang menentukannya. Apakah dalam waktu yang dekat, apakah di waktu malam, apakah di waktu siang, tidak seorang pun yang tahu, kadang-kadang datangnya dengan tiba-tiba di saat umat itu sedang terlengah, sedang lupa daratan, sedang bersenang-senang, turunlah azab Allah dengan sekonyong-konyong. Umpama diketahui kapan ajal itu akan datang, tentu mereka meminta ditangguhkan, mereka bersegera memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka, meninggalkan perbuatan keji dan dosa dan lain-lain.
Datang sekonyong-konyong ajal itu memberikan pengertian bahwa Allah Maha Berkuasa dan tidak bisa dihalangi dan ditandingi oleh kekuasaan manusia. Akhirnya menyesallah umat itu, sesal yang tidak berguna lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.