Tafsir Surah Al An'am 50

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al An'am 50


قُل لاَّ أَقُولُ لَكُمْ عِندِي خَزَآئِنُ اللّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُونَ

Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"

Para Rasul yang diutus adalah manusia biasa, mereka bertugas menyampaikan agama Allah kepada umat mereka masing-masing. Berlainan dengan Nabi Muhammad saw. beliau bertugas menyampaikan agama Allah kepada seluruh umat manusia. Mereka memberi kabar gembira kepada orang orang yang mengikuti seruannya dengan balasan pahala yang berlipat ganda dan Allah swt, memberi peringatan dan ancaman kepada orang yang mengingkari risalah dengan balasan azab yang besar.

Para Rasul itu bukanlah seperti para Rasul yang diinginkan oleh orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang dapat melakukan keajaiban, mempunyai kemampuan di luar kemampuan manusia biasa, mempunyai ilmu yang melebihi ilmu manusia, ia bukan manusia tetapi seperti malaikat, atau mempunyai kekuasaan seperti kekuasaan Allah dan sebagainya.

Dalam ayat ini Allah swt. memerintahkan agar nabi Muhammad saw. menerangkan kepada orang-orang musyrik itu bahwa dia adalah rasul yang diutus Allah, ia adalah manusia biasa, padanya tidak ada perbendaharaan Allah, ia tidak mengetahui yang gaib dan ia bukan pula malaikat.

Yang dimaksud dengan perbendaharaan ialah suatu tempat penyimpanan barang-barang atau uang terutama barang-barang berharga kepunyaan diri sendiri atau orang lain yang mengamanatkan kepada orang yang memegang perbendaharaan itu. Karena itu bendahara berkewajiban dan berkuasa memelihara simpanan itu, mencegah dan menghalang-halangi orang lain yang hendak mempergunakan atau merusak simpanan itu.

Orang-orang kafir beranggapan bahwa Nabi Muhammad saw. jika ia benar-benar seorang rasul Allah tentu ia adalah bendahara Allah, karena itu mereka meminta agar Nabi Muhammad saw. memberi dan membagi-bagikan kepada mereka barang-barang yang berharga yang disimpan dalam perbendaharaan itu serta memanfaatkannya.

Anggapan orang-orang kafir itu adalah anggapan yang sangat jauh dari kebenaran karena Allah lah pemilik semesta alam ini, sebagaimana firman Allah swt.

لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا فِيهِنَّ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya:
Kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Q.S Al Ma'idah: 120)

Dalam mengurus dan mengatur milik-Nya itu Allah swt. tidak memerlukan sesuatupun, sebagaimana firman Allah swt.

وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Artinya:
...Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
(Q.S Al Baqarah: 255)

Dan Allah swt menegaskan bahwa Dia lah yang memiliki perbendaharaan langit dan bumi, firman-Nya

وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَفْقَهُونَ

Artinya:
Pada hal kepunyaan Allah lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.
(Q.S Al Munafiqun: 7)

Karena Allah pemilik semesta alam, pemilik perbendaharaan langit dan bumi, maka Dia pulalah yang berhak memberikan sesuatu kepada siapa yang dikehendaki-Nya, menyampaikan dan melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya; menetapkan penggunaan dan kegunaan sesuatu, bukan Rasul sebagaimana yang dikehendaki orang-orang musyrik itu.

Tugas Rasul hanyalah menyampaikan agama Allah kepada manusia sesuai dengan kesanggupannya sebagai seorang manusia. Dia tidak dapat melakukan sesuatu yang tidak sanggup manusia melakukannya, kecuali jika Allah menghendakinya. Karena itu ia tidak akan dapat memberi rezki pengikut pengikutnya yang miskin tidak dapat memenangkan pengikut-pengikutnya dalam peperangan semata-mata karena kekuasaannya, ia tidak sanggup mengetahui apakah seseorang telah benar-benar beriman kepadanya atau belum dan ia tidak sanggup menjadikan seseorang beriman kepadanya setelah ditunjukinya atau menjadikan seseorang itu tetap di dalam kekafiran.

Allah swt berfirman:

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ

Artinya:
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah lah yang memberi petunjuk, (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya.
(Q.S Al Baqarah: 272)

Dan firman Allah swt.

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Artinya:
Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
(Q.S Al Qasas: 56)

Dan Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menegaskan kepada orang-orang kafir bahwa ia tidak pernah mengatakan ia mengetahui yang gaib yang tidak diketahui manusia, karena ia tidak diberi persediaan dan kesanggupan untuk mengetahuinya.

Barang yang gaib itu ada dua macam.

a. Gaib yang hakiki yang tidak diketahui oleh suatu makhlukpun, termasuk malaikat. Hanya Allah sajalah yang mengetahuinya. Inilah gaib yang dimaksud dalam ayat di atas.

Allah swt berfirman:

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

Artinya:
Katakanlah, "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib kecuali Allah Dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan".
(Q.S An Naml: 65)

Jika Allah swt menghendaki, maka Dia memberi tahu yang gaib macam ini kepada para Rasulnya, seperti memberi tahu kepada Nabi Musa siapa orang Bani Israel yang membunuh saudaranya, setelah saudaranya yang terbunuh itu hidup kembali, setelah dipukul dengan bahagian dari sapi betina yang telah disembelih. Orang yang terbunuh yang telah hidup kembali itu memberitahukan siapa yang membunuhnya. Dan seperti memberi tahu kepada Nabi Isa as bahwa sesudah dia, Allah swt akan mengutus seorang Rasul dari keturunan Ismail dan sebagainya

b. Gaib yang tidak hakiki, yaitu yang tidak diketahui oleh sebagian makhluk tetapi diketahui oleh yang lain.

Sebab-sebab sebagian makhluk mengetahuinya dan sebagian yang lain tidak mengetahuinya, di antaranya adalah karena:

1. Persediaan ilmu pengetahuan. Orang-orang yang berilmu lebih dapat mengetahui hakikat sesuatu sesuai dengan bidang ilmu pengetahuannya dibanding dengan orang yang tidak berilmu.

2. Pengalaman mengerjakan sesuatu pekerjaan, seperti bergeraknya sesuatu menandakan ada tenaga yang menggerakkannya dan sebagainya.

3. Firasat atau suara hati, tentang ada dan tidaknya sesuatu, Firasat atan suara hati ini diperoleh seseorang karena kebersihan jiwanya, atau karena latihan-latihan yang biasa dilakukannya untuk itu gaib yang tidak hakiki ini bukanlah termasuk gaib yang disebutkan di atas yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.

Kemudian Allah memerintahkan pula agar Nabi Muhammad saw mengatakan bahwa ia bukanlah Malaikat, sebagaimana Rasul yang dikehendaki oleh orang orang kafir itu.

Sebagian ahli tafsir, menjadikan ayat, "wala aqulu lakum inni malak" sebagai menguatkan pendapat mereka yang mengatakan bahwa malaikat itu lebih tinggi tingkatannya dari manusia. Tetapi bila diperhatikan benar benar, nyatalah bahwa ayat ini maksudnya bukanlah untuk menerangkan mana yang lebih utama antara malaikat dengan manusia. Ayat ini hanyalah menerangkan siapa dan bagaimana sebenarnya seorang Rasul itu.

Sebagaimana diketahui bahwa menurut kepercayaan orang-orang Arab Jahiliah waktu itu: malaikat adalah suatu makhluk Allah yang lebih tinggi tingkatannya dibanding dengan tingkatan manusia. Malaikat mengetahui yang gaib dan yang tidak diketahui manusia bahwa di antara mereka ada yang mengatakan bahwa malaikat adalah anak Allah. Karena itu mereka berpendapat bahwa Nabi dan Rasul itu bukanlah dari manusia biasa, hendaklah sekurang-kurangnya sama tingkatannya dengan tingkatan malaikat. Dan mereka minta kepada Nabi Muhammad agar diperlihatkan kepada mereka malaikat itu dan hendaklah Allah mengutus malaikat kepada mereka.

Untuk membantah dan memberi penjelasan kepada orang-orang musyrik itu, maka seakan-akan Nabi Muhammad saw menyuruh mengikuti pendapat mereka itu lebih dahulu dengan mengatakan, "wala aqulu lakum inni malak" (dan tidaklah aku mengatakan kepadamu bahwa aku ini adalah malaikat), kemudian membantahnya dengan mengatakan bahwa nabi itu tidak mempunyai kekuasaan dan pengetahuan seperti kekuasaan Allah dan pengetahuan-Nya, karena itu. janganlah ditanyakan kepadanya apa yang tidak diketahuinya dan janganlah ditanyakan sesuatu yang gaib yang hanya Allah saja yang mengetahuinya, tetapi katakanlah bahwa Muhammad itu adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Tugas seorang hamba itu ialah taat dan patuh kepada Allah, sedang tugas seorang Rasul itu adalah menyampaikan agama Allah kepada manusia. Karena itu tugasku ialah patuh dan taat kepada Allah serta menyampaikan agama-Nya.

Karena itu ayat di atas tidak bertentangan dengan ayat-ayat berikut

Firman Allah swt:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
(Q.S At Tin: 4)

Dan firman Allah swt

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي ءَادَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
(Q.S Al Isra': 70)

Kemudian Allah memerintahkan agar Nabi Muhammad saw menegaskan kepada orang-orang musyrik itu bahwa yang disampaikannya itu tidak lain hanyalah wahyu dari Allah, bukan sesuatu yang dibuat-buat oleh Nabi.

Kemudian Allah swt menegaskan bahwa tidak sama antara oang yang buta dengan orang yang melihat, orang yang mendapat petunjuk dengan orang yang tidak mendapat petunjuk, tidak sama sifat Allah dengan sifat manusia, demikian pula antara sifat dan tugas malaikat dengan sifat dan tugas Rasul. Hendaklah perhatikan perbedaan-perbedaan yang demikian, agar nyata mana yang benar, mana yang salah, mana yang harus diikuti dan mana yang harus dihindari. Hanya orang-orang yang tidak mau menggunakan akallah yang tidak dapat melihat perbedaan-perbedaan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.