Tafsir Surah Al An'am 140

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al An'am 140


قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ قَتَلُواْ أَوْلاَدَهُمْ سَفَهًا بِغَيْرِ عِلْمٍ وَحَرَّمُواْ مَا رَزَقَهُمُ اللّهُ افْتِرَاء عَلَى اللّهِ قَدْ ضَلُّواْ وَمَا كَانُواْ مُهْتَدِينَ

Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka, karena kebodohan lagi tidak mengetahui [513] dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezki-kan pada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.

[513] Bahwa Allahlah yang memberi rezki kepada hamba-hambanya.

Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa orang-orang yang membunuh anak mereka karena alasan-alasan yang tidak pasti dan tidak benar seperti tersebut pada ayat 137 dan orang-orang yang mengharamkan rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka seperti tersebut pada ayat 138 dan ayat 139, mereka ini adalah orang-orang yang merugi dan orang-orang yang sesat dan tidak mengikuti petunjuk yang diberikan kepada mereka.

Membunuh anak adalah tindakan seorang yang bodoh dan amat merugikan, dan merupakan tindakan seorang yang tidak tahu lagi mana yang buruk dan mana yang baik, tidak tahu laba dan rugi karena anak adalah suatu nikmat dan karunia dari Allah yang tidak ternilai harganya. Anak itu nanti yang akan memelihara kelanjutan hidup yang akan menjadi kekuatan dan kebanggaan bagi ibu, ayah dan keluarganya, bahkan akan menjadi kekuatan bagi masyarakat dan umatnya. Bila ia diasuh dan dididik dengan baik pasti akan menjadi anggota keluarga yang baik pula, akan menjadi anggota masyarakat yang berguna berjasa kepada masyarakatnya. Oleh sebab itu setiap ibu dan bapak diberi oleh Allah naluri untuk menyayanginya, mencintainya, memelihara dan menjaganya. Seorang ibu dan bapak, tidak segan-segan mengorbankan kepentingan dirinya untuk membela dan mempertahankan keselamatan anaknya, bahkan kadang-kadang ia bersedia mati untuk menyelamatkannya bila ia dalam bahaya. Apabila seseorang telah menganggap bahwa membunuh anaknya lebih baik daripada membiarkan hidup, karena takut kepada hal-hal yang belum tentu akan terjadi, seperti takut akan kemiskinan atau takut akan mendapat malu, berarti ia telah mengingkari nikmat dan karunia Allah yang besar itu dan menentang naluri dan tabiatnya sendiri. Orang yang seperti ini tentu telah diperdayakan oleh setan dan dikelabui matanya oleh pemimpin-pemimpin yang tidak bertanggung jawab dan pemuka-pemuka agama yang hanya mementingkan kedudukan dan martabatnya saja. Orang-orang yang menerima saja ajaran-ajaran dan peraturan-peraturan yang dibikin-bikin oleh pemimpin-pemimpin yang telah sesat tanpa memikirkan apakah peraturan-peraturan itu berdasarkan kebenaran, dapat diterima oleh pikiran yang sehat, atau apakah peraturan itu memang telah ada dasarnya menurut agama apalagi bila peraturan-peraturan itu hanya membawa kepada kerugian atau mengingkari nikmat Allah, maka orang-orang yang seperti itu pantaslah dikatakan orang yang sesat, orang-orang yang tidak akan mendapat petunjuk dari Allah.

Diriwayatkan oleh Bukhari bahwa Ibnu Abbas berkata: Apabila engkau ingin mengetahui bagaimana bodohnya kaum musyrikin Arab, bacalah ayat-ayat 130 dan seterusnya dari surat Al-An'am.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.