Tafsir Surah Al An'am 77

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al An'am 77


فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَـذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat."

Seirama dengan ayat yang lalu Allah swt. menjelaskan pula pengamatan Nabi Ibrahim a.s. terhadap benda langit yang lebih terang cahayanya dan lebih besar kelihatannya yaitu bulan.

Setelah Ibrahim a.s. melihat bulan tersembul di balik cakrawala dengan cahaya yang terang benderang itu yang terlihat ketika terbit, timbullah kesan dalam hatinya untuk mengatakan, "Inikah gerangan Tuhanku?" Perkataan Ibrahim a.s. serupa itu adalah pernyataan yang timbul secara naluri seperti juga kesan yang didapat oleh kaumnya yang sebenarnya adalah pernyataan untuk mengingkari kesan pertama yang menipu pandangan mata itu dan untuk membantah keyakinan kaumnya seperti pernyataannya dalam ayat yang lalu. Pengulangan berita dengan memberikan kenyataan yang lebih tandas adalah untuk menguatkan pernyataan yang telah lalu. Kemudian setelah bulan itu terbenam dari ufuk dan lenyap dari pengamatan, diapun memberikan pertanyaan agar diketahui oleh orang-orang musyrikin yang berada di sekitarnya.

Ibrahim berkata, "Sebenarnyalah jika Tuhan tidak memberikan daku petunjuk kepada jalan yang benar untuk mengetahui dan meyakini keesaan-Nya, niscaya aku termasuk dalam golongan yang tersesat, yaitu orang-orang yang

117) Yaitu planet Yupiter (Musytari) dan ada pula yang mengatakan planet Venus (Zuhrah) yang dianggap sebagai dewa oleh pemuja bintang yang bisa dilakukan oleh orang-orang Yunani dan Romawi kuno sedang kaum Ibrahim juga termasuk pemujanya.

menyimpang dari kebenaran dan tidak mengikuti petunjuk Tuhan, serta menyembah tuhan-tuhan selain Allah. Mereka itu lebih memperturutkan hawa nafsunya dari pada melakukan perbuatan yang diridai Allah. Sindiran ini adalah merupakan sindiran yang tandas bagi kaumnya yang tersesat dan sekaligus merupakan petunjuk bagi orang yang berpegang kepada agama dan wahyu. Sindiran yang bertahap ini adalah sebagai sindiran yang menentukan untuk mematahkan pendapat-pendapat kaumnya. Sindiran yang pertama lunak, kemudian diikuti dengan sindiran yang kedua yang tandas, adalah untuk menyanggah pikiran kaumnya secara halus agar mereka terbuka belenggu hatinya untuk memahami kebenaran yang sebenar-benarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.