Tafsir Surah Al Maidah 64

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al-Maidah 64

وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُواْ بِمَا قَالُواْ بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنفِقُ كَيْفَ يَشَاء وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم مَّا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا وَأَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاء إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ كُلَّمَا أَوْقَدُواْ نَارًا لِّلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا اللّهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الأَرْضِ فَسَادًا وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu" [426], sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu [427] dan merekalah yang dila'nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.

[426] Maksudnya ialah kikir. [427] Kalimat-kalimat ini adalah kutukan dari Allah terhadap orang-orang Yahudi berarti bahwa mereka akan terbelenggu di bawah kekuasaan bangsa-bangsa lain selama di dunia dan akan disiksa dengan belenggu neraka di akhirat kelak.

Menurut riwayat Ibnu Ishak dan Tabrani dari Ibnu Abbas dia berkata: Berkata seorang lelaki dari kaum Yahudi yang bernama Nabbasy bin Qais kepada Nabi Muhammad saw. bahwa Tuhan engkau kikir, tidak suka memberi. Maka ayat ini, meskipun yang mengatakan kepada Nabi itu hanya seorang dari kalangan Yahudi namun dapat dianggap menggambarkan pendirian secara keseluruhan dari kaumnya.

Ayat ini menceritakan bahwa orang Yahudi itu berkata, "Tangan Allah terbelenggu." Dan Allah menegaskan bahwa yang terbelenggu itu adalah tangan mereka sendiri dan dengan demikian mereka akan dilaknat Allah.

Perkataan orang Yahudi bahwa tangan Allah terbelenggu adalah tidak masuk akal sebab mereka mengakui bahwa Allah adalah nama bagi zat yang pasti ada dan Maha Kuasa, Dia pencipta alam semesta. Hal ini menunjukkan bahwa tangan Allah tidak terbelenggu dan kekuasaan-Nya tidak terbatas karena jika demikian maka tentulah Dia tidak dapat memelihara dan mengatur alam ini. Maka apakah yang mendorong mereka mengucapkan kata-kata demikian? Sebagian ahli tafsir mengemukakan bahwa dorongan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mungkin mereka mendengar ayat:

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Artinya:

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan kelipatan yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

(Q.S. Al-Baqarah: 245)

Setelah mendengar ayat ini mereka mengatakan bahwa tangan Allah itu terbelenggu dengan arti kikir karena Allah tidak mampu sehingga memerlukan pinjaman.

2. Mereka mengucapkan ucapan tersebut dengan mengejek kaum Muslimin ketika mereka melihat sahabat nabi yang sedang berada dalam kesempitan dan kesulitan keuangan.

3. Orang-orang Yahudi adalah orang-orang kaya. Ketika Nabi Muhammad diutus menjadi rasul mereka menentangnya, oleh karenanya mereka banyak mengeluarkan harta benda untuk pembiayaan guna menggagalkan dakwahnya sehingga orang-orang kaya dari kalangan mereka banyak yang menjadi miskin. Maka karena Allah tidak melapangkan rezeki lagi bagi mereka yang telah miskin itu mereka mengeluarkan ucapan "tangan Allah terbelenggu" dengan maksud Allah itu kikir karena tidak menolong mereka.

Pernyataan Allah dalam ayat ini bahwa "tangan orang Yahudi itulah yang terbelenggu dan mereka mendapat laknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu", adalah suatu pernyataan terhadap kekikiran mereka itu, yakni merekalah yang kikir, terbelenggu tangannya, tidak mau memberi bantuan. Ternyata memang mereka adalah umat yang terkikir, mereka baru mau memberikan bantuan jika dilihatnya harapan akan mendapat keuntungan yang besar. Dan mereka pada hari kemudian pasti menerima kutukan Allah sebagai balasan atas perbuatan mereka.

Ayat ini juga menegaskan bahwa Allah swt. Maha Pemurah, Dia memberi sebagaimana yang Dia kehendaki. Perkataan "tangan" dalam bahasa Arab mempunyai beberapa arti, yaitu:

1. Salah satu dari anggota tubuh manusia

2. Kekuatan

3. Kepunyaan (milik)

4. Nikmat, karunia.

Pengertian yang keempat inilah yang dimaksud dengan perkataan "tangan" yang disandarkan kepada Allah pada ayat ini. Demikianlah para ulama khalaf mengartikan tangan dalam ayat ini. Dengan demikian hendaklah diartikan perkataan "kedua tangan Allah terbuka" dengan makna nikmat karunia Allah terbentang luas, nikmat karunia itu diberikan kepada siapa-siapa yang dikehendaki-Nya. Adapun golongan yang tidak menerima nikmat karunia Allah janganlah menganggap bahwa Allah itu kikir atau fakir.

Adanya perbedaan tingkatan manusia di dalam menerima rezeki dari Allah adalah termasuk sunatullah. Allah berfirman:

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا َيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَةُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Artinya:

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka kehidupan mereka dalam kehidupan dunia. Dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari yang mereka kumpulkan.

(Q.S. Az Zukhruf: 32)

Ahli tafsir dalam menafsirkan ayat ini ada dua pendapat yaitu:

Pertama, yang terkenal dengan Ahli Takwil yaitu yang menakwilkan (menafsirkan pengertian kalimat-kalimat menurut pengertian majazi (kiasan), umpamanya ayat:

وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Artinya:

Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.

(Q.S. Ar Rahman: 27)

Maka golongan ini menakwil perkataan "wajah" umpamanya pada kalimat "aku tidak melihat wajah Si Anu", dimaksudkan adalah diri atau zat Si Anu. Jadi samalah kalimat itu dengan "aku tidak melihat Si Anu" (tanpa menyebutkan kata "wajah").

Kedua, golongan Ahli Tafwid yaitu menyerahkan maksud kalimat atau perkataan seperti demikian itu kepada Allah. Mereka mengartikan tangan dengan arti hakikinya. Jadi ia mengartikan perkataan "wajah" pada ayat surat Ar-Rahman tersebut menurut arti hakiki, yaitu "muka". Tentang bagaimanakah keadaan "Muka Tuhan" itu mereka menyerahkan juga kepada Tuhan dan dalam hal ini mereka berpegang pada ayat:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ

Artinya:

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.(Q.S. Asy Syu'ara: 11)

Jadi golongan ini menetapkan Tuhan itu bermuka tetapi tidak seperti muka manusia umpamanya.

Kemudian pada ayat ini Allah mengutarakan kepada Nabi Muhammad saw. bahwa apa yang diturunkan kepadanya benar-benar akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara kaum Yahudi dan menerangkan bahwa ayat yang diturunkan itu mengandung pengetahuan yang tidak diketahui oleh orang-orang Yahudi yang semasa dengan Nabi Muhammad saw. Karena jika tidak demikian halnya tentulah Muhammad tidak mengetahui semua itu sebab dia adalah ummi tidak tahu tulis baca. Akan tetapi karena kedengkian dan kefanatikan orang-orang Yahudi itu semakin jauh dari beriman kepada Nabi Muhammad meskipun kenabian Muhammad telah ditulis di dalam buku mereka.

Ayat ini juga menerangkan bahwa Allah akan menimbulkan permusuhan di antara sesama Ahli Kitab (Yahudi/Nasrani). Permusuhan itu tidak akan berakhir sampai hari kiamat. Watak orang Yahudi memang suka menyalakan api peperangan, fitnah dan keonaran. Watak seperti itu telah tercatat dalam sejarah dan membuktikan bahwa mereka selalu berusaha memperdayakan Nabi Muhammad dan orang-orang beriman baik secara langsung maupun dengan cara membujuk orang musyrik atau orang-orang Nasrani untuk memerangi Nabi Muhammad dan orang-orang yang beriman.

Watak seperti itu membawa mereka senang berbuat dan melihat kerusakan di bumi. Tetapi setiap kali mereka menyalakan api peperangan, fitnah dan keonaran, serta mencoba membuat kerusakan, Allah tetap memadamkannya karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan oleh karenanya usaha-usaha mereka untuk membuat kerusakan dan bencana di atas bumi ini selalu mengalami kegagalan.

Asbabun Nuzul Surah Al-Maidah 64


Imam Thabrani mengetengahkan dari Ibnu Abbas yang menceritakan, bahwa ada seseorang lelaki Yahudi berkata kepada Nabi saw., "Sesungguhnya Tuhanmu itu bakhil, tidak mau memberi." Orang tersebut dikenal dengan nama Nabbasy bin Qais; kemudian Allah menurunkan firman-Nya, "Orang-orang Yahudi berkata, 'Tangan Allah terbelenggu...'" (Q.S. Tafsir Indonesia Depag Surah Al-Maidah 64) Abu Syekh mengetengahkan dari jalur lain yang bersumber dari Ibnu Abbas juga, ia mengatakan, "Ayat: Orang-orang Yahudi berkata, 'Tangan Allah terbelenggu...' (Q.S. Tafsir Indonesia Depag Surah Al-Maidah 64) diturunkan sebagai bantahan terhadap apa yang dikatakan oleh Fanhash pemimpin Yahudi Bani Qainuqa."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.