Tafsir Surah Al An'am 112

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al An'am 112


وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاء رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia) [499]. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

[499] Maksudnya syaitan-syaitan jenis jin dan manusia berupaya menipu manusia agar tidak beriman kepada Nabi.

Dalam ayat ini Allah menjelaskan, bahwa kaum Muslimin menghadapi permusuhan dari pada orang-orang musyrikin, maka demikian pulalah Allah menjadikan bagi tiap-tiap Nabi musuh-musuh yang terdiri dari setan-setan baik dari jenis manusia maupun dari jenis jin. Menurut keterangan Mujahid, Qatadah dan Hasan, di antara jin dan manusia itu ada yang menjadi setan-setan. Pendapat ini diperkuat pula oleh Abu Zar yang ditanya oleh Nabi Muhammad saw: "Wahai Abu Zar apakah kamu telah memohon perlindungan kepada Allah, daripada kejahatan-kejahatan setan yang berasal dari jin dan manusia?" Lalu Abu Zar bertanya, "Ya Rasulullah, adakan pula setan-setan dari manusia?" Dijawab oleh Nabi Muhammad saw: "Ya, benar-benar ada. Perhatikanlah surat Al Baqarah ayat 14, yang artinya: Dan apabila mereka kembali kepada setan-setan mereka, maka mereka berkata Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu".

Setan-setan itu adalah musuh bagi Nabi-nabi dan bagi para ulama yang menjadi pewaris Nabi-nabi; juga bagi setiap mubalig yang menyiarkan agama Allah. Setiap kali timbul hal yang bertentangan, pastilah yang satu akan mengalahkan yang lain, yaitu yang kuat tentu menghancurkan yang lemah dan termasuk Sunnatullah, yaitu bahwa kesudahan yang baik dan kemenangan terakhir tentu berada di pihak golongan yang benar. Bila mana turun hujan deras akan menimbulkan banjir, maka ia akan menimbulkan buih yang banyak sekali di atas permukaan air. Buih itu bilamana ditiup oleh angin, segera lenyap menghilang sehingga tinggallah hanya airnya saja yang tetap di bumi. Demikian pula kehidupan di dunia ini penuh dengan penuangan; dan seorang pejuang tidak dapat memelihara kedudukannya kecuali dengan kegigihan dan kesabaran. Demikian pula amal-amal yang diterima Allah di akhirat kelak hanyalah amal-amal yang dikerjakan dengan baik. Hal ini ditegaskan oleh firman Allah sebagai berikut:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ(214)

Artinya:
Apakah kamu mengira, bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang padamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat".
(Q.S Al Baqarah: 214)

Setan-setan yang menjadi musuh Nabi-nabi itu berusaha dengan jalan membisikkan kepada orang yang digodanya perkataan yang indah-indah untuk menipu mereka, dan mengelabui penglihatan mereka sehingga dengan tidak mereka sadari tergelincir dan jalan yang benar.

Telah terbukti dengan nyata tipu muslihat setan itu pada peristiwa yang dialami oleh Nabi Adam as, dan Siti Hawa. Setan bersumpah dengan halus dan menggambarkan kepada Adam bahwa bila Adam dan istrinya memakan buah khuldi, maka ia akan tetap tinggal di surga untuk selama-lamanya. Demikian pula, setan itu membisikkan kepada orang-orang yang terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan. Setan tersebut membisikkan agar mereka menggunakan kesempatan untuk hidup bebas merdeka di dunia ini menikmati segala kelezatan hidup, karena mereka tidak perlu takut pada siksaan Allah, karena Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Sekiranya Allah menghendaki supaya setan-setan itu tidak dapat menipu manusia, tentulah mereka tidak dapat berbuat sesuatu apapun. Tetapi Allah Taala memberi keleluasaan kepada manusia untuk memilih apa yang akan mereka kerjakan menurut petunjuk akalnya yang sehat dan memilih jalan yang akan ditempuhnya, jalan yang benar atau jalan yang sesat. Karena itu, Nabi disuruh supaya meninggalkan dan tidak menghiraukan mereka, sebab nantipun di akhirat mereka harus mempertanggungjawabkan segala tingkah-laku mereka selama di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.