Tafsir Indonesia Depag Surah Al An'am 125
فَمَن يُرِدِ اللّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya [503], niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.
[503] lihat not [34]
Barang siapa yang terbuka hatinya untuk menerima kebenaran agama Islam, sebenarnya yang demikian itu adalah disebabkan karena Allah hendak memberikan petunjuk kepadanya, sehingga menjadi lapanglah dadanya untuk menerima semua ajaran-ajaran Islam.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah ditanya tentang "kelapangan dada" yang dimaksud dalam ayat ini, lalu beliau menjawab. "itulah gambaran cahaya Ilahi yang menyinari hati orang mukmin, sehingga menjadi lapanglah dadanya". Para sahabat bertanya lagi: "Apakah yang demikian itu ada tanda-tandanya?" Nabi saw menjawab: "Ada tanda-tandanya, yaitu jiwanya selalu condong kepada akhirat, selalu menjauhkan diri dari tipu daya keduniawian dan selalu bersiap-siap untuk menghadapi kematian".
Jika demikian halnya sifat-sifat orang-orang mukmin yang berlapang dada karena kemasukan cahaya iman ke dalam hatinya, maka sebaliknya orang yang dikehendaki Allah untuk hidup dalam kesesatan, dadanya dijadikan sesak dan sempit seolah-olah ia sedang mendaki langit Apabila ia diajak untuk berpikir tentang kebenaran dan tafakur tentang tanda-tanda keesaan Allah, maka disebabkan adanya kesombongan dalam hatinya, ia tidak menyukai perbuatan perbuatan yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya. Maka menjadi lemahlah kemauannya untuk mengikuti kebenaran dan setiap anjuran kepada agama yang dirasakannya sebagai suatu beban yang-berat yang tidak dapat dipikulnya, Maka; dan gambarannya adalah seperti seseorang yang disuruh mendaki ke langit, Semakin tinggi ia naik ke langit, semakin sesak nafasnya, sehingga ia terpaksa turun kembali untuk menghindarkan diri dari kebinasaan.
Dalam ayat ini Allah memberikan sebuah perumpamaan, supaya diresapkan benar-benar dengan perasaan yang murni. Demikianlah Allah menjadikan kesempitan di dalam hati orang-orang yang tidak beriman dan jadilah kekafiran itu seperti kotoran yang menutup hati mereka, sehingga ia tidak menerima kebenaran. Keadaan ini dapat disaksikan pada tingkah laku mereka dalam perbuatan sehari-hari, yang selalu menjurus kepada kejahatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.