Al Baqarah 253

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia DEPAG Surah Al-Baqarah 253


Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Diantara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.(QS. 2:253)

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ

Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa di antara rasul-rasul-Nya ada yang mendapat kesempatan berbicara langsung dengan-Nya tanpa perantaraan malaikat Jibril a.s. Rasul yang dimaksud di sini ialah Nabi Musa a.s. berbicara langsung dengan Allah swt. tidak pernah dialami oleh rasul-rasul yang lain. Oleh sebab itulah maka Nabi Musa a.s. disebut "Kalimullah", yang berarti "nabi yang diajak berbicara langsung oleh Allah swt".

Selanjutnya Allah swt. menjelaskan bahwa Nabi Isa a.s. telah diberi-Nya bermacam-macam mukjizat yang tidak diberikan-Nya kepada yang lain; misalnya ia telah dapat berbicara ketika ia masih berada dalam buaian; dan ia dapat menghidupkan kembali orang yang telah mati, serta menyembuhkan orang-orang buta dan orang-orang yang ditimpa penyakit sopak dengan izin Allah swt. Dan Allah menyokongnya pula dengan Ruhul Qudus, yaitu malaikat Jibril a.s. di samping ia sendiri mempunyai jiwa yang murni.

Akhirnya, Nabi Muhammad saw. diberi-Nya derajat yang lebih tinggi daripada rasul-rasul sebelumnya, yaitu ia telah dinyatakan sebagai nabi dan rasul Allah yang terakhir untuk seluruh umat manusia, sedang rasul-rasul yang lain yang diutus untuk kaumnya saja. Dan agama Islam yang dibawa Nabi saw. adalah berlaku untuk seluruh umat, tempat dan zaman sampai hari kiamat kelak; dan Alquran diterimanya selain menjadi petunjuk umat manusia, juga merupakah mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad saw. yang tak tertandingi sepanjang masa.

Selanjutnya dalam ayat ini Allah menerangkan keadaan umat manusia sepeninggal rasul-rasul yang telah diutus kepada mereka. Pada umumnya, ketika rasul-rasul itu masih hidup umatnya sudah dapat bersatu-padu akan tetapi sepeninggal rasul itu mereka lalu berselisih dan bertengkar bahkan ada yang saling membunuh. Perbedaan-perbedaan paham dalam masalah agama mendorong mereka untuk saling mencaci, bahkan saling mengkafirkan. Dan kefanatikan mereka terhadap sesuatu mazhab atau seorang imam menyebabkan mereka tidak mau menerima kebenaran yang dikemukakan oleh golongan lain.

Perselisihan-perselisihan itu terjadi, padahal mereka sudah mendapatkan keterangan-keterangan yang nyata, dan mereka telah berselisih, sehingga sebagiannya beriman dan yang lainnya kafir. Andaikata Allah swt. menghendaki agar manusia tidak berselisih dan tidak bermusuhan atau berbunuhan, niscaya Allah kuasa berbuat demikian. Dan jika Allah berbuat semacam itu tentulah manusia akan menjadi baik semuanya dan dunia ini akan terteram dari perselisihan-perselisihan antara manusia.

Akan tetapi Allah swt. berbuat menurut kehendak-Nya berdasarkan kepada hikmah dan pengetahuan yang maha tinggi. Allah swt. memberi manusia tabiat, pikiran, perasaan dan kemauan agar manusia itu dapat berpikir dan berbuat lebih baik dari makhluk-makhluk yang lainnya di bumi ini dan agar mereka berpikir tentang kekuasaan Allah. Apabila manusia menggunakan pikiran dan perasaannya itu sebaik-baiknya niscaya mereka akan melihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah swt. di mana-mana sebab alam yang terbentang luas ini adalah tanda-tanda kekuasaan kebesaran-Nya sebab semuanya itu adalah ciptaan-Nya.

Di samping itu Allah mengkaruniakan agama kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya untuk menuntun akal manusia ke jalan yang benar. Sebab kemampuan akal manusia itu adalah terbatas apalagi mengenai masalah-masalah yang gaib atau abstrak, seperti sifat-sifat Allah swt., hal-ihwal hari kemudian dan sebagainya. Sehingga apabila terjadi perselisihan pendapat antara mereka, maka mereka dapat menyelesaikannya dengan petunjuk dari agama tersebut.

Perbedaan-perbedaan pendapat yang terjadi di antara manusia adalah wajar. Akan tetapi perbedaan-perbedaan pendapat ini tidak boleh menimbulkan permusuhan yang menyebabkan mereka saling membunuh.

Sejarah telah menunjukkan bahwa kaum Yahudi sepeninggal Nabi Musa a.s. telah berselisih dan berpecah belah. Demikian pula umat Nasrani sepeninggal Nabi Isa a.s. sampai sekarang ini. Antara golongan-golongan Nasrani sendiri terjadi pertengkaran yang berlarut-larut, saling menyerang dan saling membunuh. Golongan yang satu tidak mau beribadah di tempat peribadatan golongan lain, walaupun mereka seagama.

Umat Islam pun tak luput dari perpecahan itu. Ketika Nabi Muhammad saw. masih hidup, mereka telah menjadi umat yang bersatu padu, dan mempunyai potensi yang besar fisik dan mental, hidup rukun dan saling menolong. Akan tetapi kemudian mereka telah jadi berpuak-puak karena adanya perbedaan paham ditambah dengan fanatisme mazhab dan golongan. Sehingga kekuatan mereka menjadi lemah, mereka menjadi umat yang terbelakang, dengan perekonomian yang lemah serta menjadi bulan-bulanan bagi umat yang bukan Islam. Padahal Allah telah memberikan petunjuk dalam Alquran:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya) dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunnah Nabi) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih ulama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (Q.S An Nisa':59)

Tafsir Indonesia Jalalain Surah Al-Baqarah 253


تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ

(Para rasul itu) menjadi mubtada, sedangkan khabarnya adalah (Kami lebihkan sebagian atas lainnya), yaitu dengan memberi mereka keistimewaan yang tidak diberikan kepada lainnya. (Di antara mereka ada yang diajak berbicara oleh Allah), misalnya Musa (dan sebagian ditinggikan-Nya - kedudukannya -), yakni nabi Muhammad saw. (beberapa tingkat) dari yang lainnya, misalnya dengan dakwahnya yang umum, mukjizat yang berlimpah dan keistimewaan yang tidak terhitung banyaknya. (Dan Kami berikan kepada Isa bin Maryam beberapa mukjizat dan Kami kuatkan ia dengan Roh Kudus), yakni Jibril yang mengiringkannya ke mana pergi. (Sekiranya Allah menghendaki) tentulah akan ditunjuki-Nya semua manusia dan (tidaklah mereka akan berbunuh-bunuhan orang-orang yang datang sesudah mereka), yakni sesudah para rasul itu, maksudnya ialah umat-umat mereka (sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan) disebabkan pertikaian dan saling menyesatkan di antara mereka. (Tetapi mereka bertikai) disebabkan kehendak Allah tadi, (maka di antara mereka ada yang beriman) artinya kuat dan tetap keimanannya (dan di antara mereka ada pula yang kafir) seperti orang-orang Kristen setelah Almasih. (Sekiranya Allah menghendaki tidaklah mereka akan berbunuh-bunuhan) sebagai pengukuhan (tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya) yaitu menunjuki siapa yang disukai-Nya dan menjatuhkan orang yang dikehendaki-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.