Tafsir Surah Al Baqarah 128

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al Baqarah 128


Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya  Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(QS. 2:128)

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Pada ayat 128 Ibrahim a.s. melanjutkan doanya agar menjadikan keturunannya umat yang tunduk dan patuh kepada Allah swt.

Di dalam perkataan "muslim" (tunduk patuh) terkandung pengertian bahwa umat yang dimaksud Ibrahim a.s. itu mempunyai sifat-sifat:
  1. Memurnikan kepercayaan hanya kepada Allah saja. Hati seorang muslim hanya mempercayai bahwa yang berhak disembah dan dimohonkan pertolongan hanya Allah Yang Maha Esa. Kepercayaan ini adalah karena seorang muslim merasa dirinya berada di bawah pengawasan dan kekuasaan Allah swt. saja yang dapat memberi keputusan atas dirinya.
  2. Semua perbuatan, kepatuhan dan ketundukan dilakukan hanya karena dan kepada Allah swt. saja, bukan karena menurut hawa nafsu, bukan karena ingin dipuji dan dipandang baik oleh orang, bukan karena pangkat dan jabatan dan bukan pula karena sesuatu keuntungan duniawi.

Bila kepercayaan dan ketundukan itu tidak murni kepada Allah, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung bagi mereka.

Allah swt. berfirman:

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا

Artinya:
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (Q.S Al Furqan: 43)

Allah swt. membiarkan sesat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan mengunci mati hatinya, karena Allah swt. mengetahui bahwa mereka tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya

Allah swt. berfirman:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً

Artinya:
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan menutup atas penglihatannya.... (Q.S Al Jasiyah: 23)

Pada ayat 124 yang lalu, Ibrahim a.s. berdoa agar keturunannya dijadikan imam, Allah swt. menjawab: "Keturunan Ibrahim yang zalim tidak termasuk di dalam doa itu." Karena itu pada ayat 128 ini Ibrahim a.s. mendoakan agar sebagian keluarganya dijadikan orang yang tunduk patuh kepada Allah.

Dalam hubungan ayat di atas terdapat petunjuk bahwa yang dimaksud dengan keturunannya itu ialah Ismail a.s. dan keturunannya yang akan ditinggalkan di Mekah, sedang beliau sendiri kembali ke Syria. Keturunan Ismail a.s. inilah yang berkembang biak yang mendiami negeri Mekah dan sekitarnya, termasuk di dalamnya Nabi Muhammad saw. Inilah yang dimaksud dengan Firman Allah swt.:

حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ

Artinya:
(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu orang-orang muslim dari dahulu dan (begitu pula) dalam (Alquran) ini. (Q.S Al Hajj: 78)

Ibrahim dan Ismail mohon kepada Allah agar ditunjukkan cara-cara mengerjakan segala macam ibadat dalam rangka menunaikan ibadah haji, tempat wuquf, tempat tawaf, tempat sai dan sebagainya, sehingga ia dan anak cucunya dapat melaksanakan ibadat sesuai dengan yang diperintahkan Allah.

Di dalam ayat ini Ibrahim a.s. memohon kepada Allah swt. agar diterima taubatnya padahal Ibrahim adalah seseorang nabi dan rasul, demikian pula putranya. Semua nabi dan rasul dipelihara Allah dari segala macam dosa (maksum). Karena itu maksud dari doa Ibrahim dan putranya itu ialah:
  1. Ibrahim a.s. dan putranya Ismail a.s. memohon kepada Allah swt. agar diampuni dari segala kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja, yang tidak diketahui dan yang dilakukannya tanpa kehendaknya sendiri.
  2. Sebagai petunjuk bagi keturunan dan pengikutnya di kemudian hari, agar selalu menyucikan diri dari segala macam dosa yaitu dengan bertaubat kepada Allah, dan menjaga kesucian tempat mengerjakan ibadah haji.

"Allah Maha Penerima taubat" ialah Allah sendirilah yang menerima taubat hamba-hamba-Nya, tidak ada yang lain. Dia selalu menerima taubat hamba-hamba-Nya yang benar-benar bertaubat serta memberi taufik agar selalu mengerjakan amal-amal yang saleh.

"Allah Maha Penyayang" ialah Allah Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang bertaubat dengan menghapus dosa dan azab dari mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.