Tafsir Indonesia Depag Surah Al-Anfal 75
وَالَّذِينَ آمَنُواْ مِن بَعْدُ وَهَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ مَعَكُمْ فَأُوْلَـئِكَ مِنكُمْ وَأُوْلُواْ الأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) [626] di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
[626] Maksudnya: yang jadi dasar waris mewarisi dalam Islam ialah hubungan kerabat, bukan hubungan persaudaraan keagamaan sebagaimana yang terjadi antara Muhajirin dan Anshar pada permulaan Islam.
Pada ayat ini disebutkan golongan keempat yaitu orang-orang yang terlambat masuk Islam, terlambat beriman dan terlambat pula berhijrah. Tetapi meskipun demikian mereka dapat ikut berjuang dengan ikhlas bersama kaum Muslimin. Mereka bersedia pula berkorban dengan harta dan jiwa seperti kawannya yang lebih dahulu masuk Islam. Karena itu mereka bukanlah tergolong pahlawan kesiangan, bahkan mereka dapat digolongkan ke dalam golongan Muhajirin dan Ansar meskipun derajat mereka di sisi Allah tidak setinggi derajat golongan pertama dan kedua ini. Untuk menjelaskan ketinggian derajat kaum Muhajirin dan Ansar itu Allah berfirman:
لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu, Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al Hadid: 10)
Dan firman-Nya lagi:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (Q.S At Taubah: 100)
Untuk menjelaskan derajat ketiga golongan ini dalam satu urutan Allah berfirman:
لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
(Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung-kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia Allah dan keridaan-(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Q.S Al Hasyr: 8)
Dan firman Allah:
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke negeri mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin) dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Q.S Al Hasyr: 9)
Dan firman-Nya:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar). Mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (Q.S Al Hasyr: 10)
Sebagai penutup ayat ini, Allah menerangkan kedudukan Ulul Arham (karib kerabat) dibandingkan dengan kedudukan kaum Muslimin umumnya, yaitu Ulul Arham yang mukmin lebih dekat kepada seseorang dari kaum Muslimin lainnya, baik dari kaum Muhajirin maupun dari kaum Ansar. Oleh sebab itu merekalah yang lebih berhak dalam hal menerima pertolongan, kesetiakawanan, mengurus berbagai urusan. Oleh sebab itu pula wajiblah dibina hubungan antara mereka dengan bertolong-tolongan, waris-mewarisi dan mengangkat mereka menjadi wali dalam pernikahan dan sebagainya. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
إبدأ بنفسك فتصدق عليها، فإن فضل شئ فلأهلك فإن فضل شئ عن أهلك فلذى قرابتك فإن فضل عن ذي قرابتك شئ فهكذا وهكذا، أى فللمستحق من الأجانب
Mulailah (berbuat baik) kepada dirimu sendiri, maka beri nafkahlah dirimu lebih dahulu. Bila masih ada yang akan engkau nafkahkan berikanlah kepada keluargamu. Bila masih ada lagi sesudah memberi keluargamu, berikanlah kepada karib kerabatmu. Dan bila masih ada lagi sesudah memberi karib kerabatmu, maka bertindaklah seperti itu, yakni utamakanlah yang lebih erat hubungannya dengan orang yang akan diberi nafkah itu, dan demikianlah seterusnya. (H.R An Nasa'i dari Jabir)
Di dalam Alquran banyak pula terdapat firman Allah yang mendahulukan kedudukan karib kerabat yang terdekat yaitu ibu bapak dengan menyebutkan mereka pertama-tama kemudian baru diiringi dengan yang terdekat dan seterusnya, dan firman Allah:
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
Artinya:
Dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia. (Q.S Al Baqarah: 83)
Demikianlah seterusnya hubungan orang-orang mukmin antara sesama mereka dan demikianlah tingkat dan derajat mereka di sisi Allah, dan hendaklah hal ini diperhatikan sebaik-baiknya agar kaum Muslimin dapat hidup tenteram dan bahagia, karena yang menetapkan tata tertib seperti ini adalah Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Asbabun Nuzul Surah Al-Anfal Ayat 75
Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Zubair yang telah menceritakan, bahwa ada seorang lelaki mengadakan perjanjian dengan lelaki yang lain, "Engkau mewarisi aku dan aku pun mewarisimu." Maka turunlah firman-Nya, "Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam Kitabullah." (Q.S. Al-Anfaal 75). Ibnu Saad mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur periwayatan Hisyam bin Urwah dari ayahnya yang telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah saw. telah mempersaudarakan antara Zubair bin Awwam dan Kaab bin Malik. Kemudian Zubair mengatakan, "Sungguh aku melihat Kaab tertimpa luka yang berat di dalam perang Uhud. Lalu aku berkata kepada diriku sendiri, seandainya Kaab meninggal dunia maka niscaya aku akan mewarisi peninggalannya." Maka ketika itu juga turunlah firman-Nya, "Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam Kitabullah." (Q.S. Al-Anfaal 75). Setelah itu harta warisan menjadi hak saudara-saudara dan kaum kerabat mayit dan tidak lagi diwariskan oleh saudara angkat (yang pernah dilakukan Rasulullah saw).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.