Tafsir Surah Al Maidah 101

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al-Maidah 101


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَسْأَلُواْ عَنْ أَشْيَاء إِن تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ وَإِن تَسْأَلُواْ عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ تُبْدَ لَكُمْ عَفَا اللّهُ عَنْهَا وَاللّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur'an itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah mema'afkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.

Dalam ayat ini Allah swt. memberikan bimbingan kepada hamba-Nya, agar mereka membenarkan apa-apa yang telah diturunkan-Nya dan yang telah disampaikan oleh rasul-Nya kepada mereka, dan agar mereka tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang beraneka ragam, yang andaikata diberikan kepada mereka jawaban atas pertanyaan itu maka akan memberatkan mereka sendiri, karena akan menambah beratnya beban dan kewajiban mereka. Dan hal ini pastilah akan menjadikan hati mereka kesal.

Menurut riwayat, ayat ini turun ketika ada orang-orang mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah saw. yang kadang-kadang untuk mengujinya, dan kadang-kadang untuk mengejeknya. Ada orang yang bertanya kepada Nabi, "Siapakah ayahku?" Dan ada pula seorang kehilangan untanya bertanya kepada Nabi, "Di manakah gerangan untaku itu?"

Dan diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah, bahwa ia berkata, "Rasulullah saw. telah berkhutbah kepada kami, beliau bersabda, "Wahai umatku, sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu ibadah haji, maka berhajilah kamu." Tiba-tiba ada seseorang bertanya, "Apakah setiap tahun kami harus berhaji, ya Rasulullah?" Rasulullah tidak menjawab pertanyaan itu, sehingga orang tersebut menanyakan lagi sampai tiga kali. Kemudian barulah Rasulullah saw. bersabda, "Kalau saya jawab "ya", maka berhaji setiap tahun itu akan menjadi wajib; kalau ia sudah menjadi wajib niscaya kamu tak sanggup melaksanakannya." Kemudian beliau bersabda, "Sebaiknyalah tidak kamu tanyakan kepadaku apa-apa yang tidak aku sampaikan kepadamu." Maka turunlah ayat ini.

Selanjutnya, dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa apabila mereka menanyakan sesuatu kepada Nabi ketika turun ayat yang berkenaan dengan masalah itu, dan pertanyaan tersebut memang perlu dijawab untuk memahami isi dan maksud dari ayat tersebut, maka Allah membolehkannya dan memaafkan orang yang mengajukan pertanyaan itu.

Pada akhir ayat ini Allah swt. menegaskan, bahwa Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Maksudnya ialah Allah mengampuni orang-orang yang mengajukan pertanyaan yang benar-benar berfaedah, dan hal-hal yang tidak disebutkan dalam kitab-Nya, dan hal-hal yang tidak dibebankan-Nya kepada hamba-Nya dan larangan-Nya kepada mereka untuk tidak mengajukan pertanyaan kepada Rasul yang dapat menambah beratnya beban mereka itu pun merupakan rahmat-Nya kepada hamba-Nya. Sehubungan dengan ini Rasulullah saw. telah bersabda:

إن الله تعالى فرض فرائض فلا تضيعوها ونهى عن أشياء فلا تنتهكوها وحد حدودا فلا تعتدوها وعفا عن أشياء من غير نسيان فلا تبحثوا عنها

Artinya:
Sesungguhnya Allah telah menentukan beberapa kewajiban yang harus kamu tunaikan, maka janganlah disia-siakan dan Dia telah melarang kamu dari melakukan beberapa macam perbuatan, maka janganlah kamu melanggarnya; dan Dia telah menetapkan beberapa pembatasan, maka janganlah kamu lampaui; dan Dia telah memaafkan kamu dari berbagai hal, bukan karena lupa, maka janganlah kamu mencari-carinya.
(H.R. Abi Sa'labah al-Khasyani, Tafsir Al-Maragi, juz VII, hal. 42)

Sehubungan dengan ampunan Allah yang tersebut dalam ayat ini, dapat juga dipahami, bahwa Dia memaafkan kesalahan-kesalahan sebelum larangan ini, sehingga dengan demikian Dia tidak menimpakan siksa, karena amat luasnya ampunan dan kesantunan-Nya kepada hamba-Nya. Ini sesuai dengan firman-Nya pada ayat-ayat yang lain, di antaranya ialah:

عَفَا اللَّهُ عَمَّا سَلَفَ

Artinya:
Allah memaafkan apa-apa yang telah lalu.
(Q.S. Al-Ma'idah: 95)

Asbabun Nuzul Indonesia Depag Surah Al-Maidah 101


Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dari sahabat Anas bin Malik, ia mengatakan, "Sewaktu Nabi saw. sedang berpidato dalam salah satu khutbahnya, tiba-tiba ada seorang lelaki bertanya, 'Siapakah ayahku?' Beliau menjawab, 'Si fulan.' Kemudian turunlah ayat ini, yaitu firman Allah swt., 'Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu...'" (Q.S. Al-Maidah 101). Imam Bukhari meriwayatkan pula dari Ibnu Abbas yang pernah bercerita, "Pernah ada segolongan orang-orang yang sering bertanya kepada Nabi saw. dengan nada yang mengejek. Seseorang di antaranya bertanya, 'Siapakah ayahku?' Seseorang yang kehilangan untanya bertanya pula, 'Di manakah untaku?' Kemudian Allah menurunkan ayat ini berkenaan dengan sikap mereka itu, yaitu firman-Nya, 'Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu...'" (Q.S. Al-Maidah 101). Ibnu Jarir mengetengahkan pula hadis yang serupa dari jalur Abu Hurairah. Imam Ahmad, Tirmizi dan Hakim meriwayatkan sebuah hadis dari Ali r.a. di mana ia bercerita, "Tatkala turun ayat, 'Mengerjakan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah.' (Ali Imran 97) Para sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah hal itu tiap tahun?' Nabi saw. diam tidak menjawab. Mereka kembali bertanya, 'Wahai Rasulullah! Apakah hal itu untuk tiap tahun?' Nabi saw. menjawab, 'Tidak, jika aku katakan ya, maka hal itu menjadi wajib.' Kemudian Allah swt. menurunkan ayat, 'Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu...'" (Q.S. Al-Maidah 101). Ibnu Jarir mengetengahkan hadis yang serupa dari jalur Abu Hurairah, Abu Umamah dan Ibnu Abbas. Hafiz Ibnu Hajar mengatakan kemungkinan ayat ini diturunkan sehubungan dengan kedua peristiwa itu, akan tetapi hadis Ibnu Abbas dalam hal ini sanadnya lebih sahih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.