Al-A'raf 179

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah Al-A'raf Ayat 179


وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَـئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. Kedatangan azab Allah kepada orang-orang yang mendustakan ayat- ayat-Nya dengan cara istidraj [584].

[584] Yaitu: dengan membiarkan orang itu bergelimang dalam kesesatannya, hingga orang itu tidak sadar bahwa dia didekatkan secara berangsur-angsur kepada kebinasaan.

Kemudian Allah swt. dalam ayat ini menguraikan apa yang tidak terperinci pada ayat-ayat yang lampau tentang hal-hal yang menyebabkan terjerumusnya manusia ke dalam kesesatan. Allah menjelaskan banyak manusia menjadi isi neraka Jahanam seperti halnya mereka yang masuk surga sesuai dengan amalan mereka masing-masing.

Firman Allah:

فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ

Artinya:
Maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.
(Q.S Hud: 105)

Firman Allah lagi:

فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ

Artinya:
Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.
(Q.S Asy Syura: 7)

Hal-hal yang menyebabkan manusia itu diazab di neraka Jahanam ialah bahwa akal dan perasaan mereka tidak dipergunakan untuk memahami keesaan dan kebesaran Allah swt. padahal kepercayaan pada keesaan Allah swt. itu membersihkan jiwa mereka dari segala macam was-was dan dari sifat hina serta rendah diri lagi menanamkan pada diri mereka rasa percaya terhadap dirinya sendiri.

Demikian pula mereka tidak menggunakan akal pikiran mereka untuk kehidupan rohani dan kebahagiaan abadi. Jiwa mereka terikat kepada kehidupan duniawi sebagaimana difirmankan Allah swt.:

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

Artinya:
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.
(Q.S Ar Rum: 7)

Mereka tidak memahami bahwa tujuan mereka diperintahkan menjauhi kemaksiatan itu dan didorong berbuat kebajikan adalah untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Mereka tidak memahami hukum-hukum masyarakat dan pengaruh kepercayaan agama Islam dalam mempersatukan umat. Mereka tidak memahami tanda-tanda keesaan Allah baik dalam diri pribadi manusia maupun yang ada di permukaan bumi. Mereka tidak memahami dan merenungkan wahyu Tuhan yang disampaikan kepada Rasul-Nya.

Mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat bukti kebenaran dan keesaan Allah swt. Segala kejadian dalam sejarah manusia, segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia setiap hari, yang dilihat dan yang didengar tidak menjadi bahan pemikiran dan renungan untuk dianalisa dan hal ini disimpulkan Allah swt. dalam firman-Nya:

وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

Artinya:
Dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit jua pun bagi mereka karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.
(Q.S Al Ahqaf: 26)

Mereka tidak dapat memanfaatkan mata, telinga dan akal sehingga mereka tidak memperoleh hidayat Allah yang membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Keadaan mereka seperti binatang bahkan lebih buruk daripada binatang, sebab binatang tidak mempunyai daya pikir untuk mengolah hasil penglihatan dan pendengaran mereka. Binatang mengadakan tanggapan atau reaksi terhadap dunia luar secara instinctif dan bertujuan hanyalah untuk mempertahankan hidup. Maka dia makan dan minum serta memenuhi kebutuhannya, tidaklah melampaui dari batas kebutuhan biologis hewani. Tetapi bagaimana dengan manusia bila sudah menjadi budak hawa nafsu? Dan akal mereka tidak bermanfaat lagi? Mereka berlebih-lebihan dalam memenuhi kebutuhan jasmani mereka sendiri, berlebih-lebihan dalam mengurangi hak orang lain. Diperasnya hak orang lain bahkan kadang-kadang di luar perikemanusiaan.

Bila sifat-sifat demikian menimpa sesuatu bangsa dan negara, maka negara itu tampak menjadi serakah dan penghisap terhadap bangsa dan negara lain. Mereka mempunyai hati (perasaan dan pikiran) tetapi tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat (Allah). Mereka lupa dan melalaikan bukti-bukti kebenaran Allah pada diri pribadi, pada kemanusiaan dan alam semesta ini, mereka melupakan penggunaan perasaan dan pikiran untuk tujuan-tujuan yang luhur dan meninggalkan kepentingan yang pokok dari kehidupan manusia sebagai pribadi dan bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.