Tafsir Surah An Nisaa 123

💬 : 0 comment

Tafsir Indonesia Depag Surah An-Nisaa' 123


لَّيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَن يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلاَ يَجِدْ لَهُ مِن دُونِ اللّهِ وَلِيًّا وَلاَ نَصِيرًا

(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong [353] dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.

[353] Mu di sini ada yang mengartikan dengan kaum muslimin dan ada pula yang mengartikan kaum musyrikin. Maksudnya ialah pahala di akhirat bukanlah menuruti angan-angan dan cita-cita mereka, tetapi sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama.


Allah SWT menegaskan bahwa tidak ada keistimewaan bagi seseorang, kecuali dengan amal baktinya dan tidak mungkin ia luput dan azab Allah dan mustahil ia masuk surga semata-mata dengan mengatakan bahwa agama yang dianutnya adalah agama yang paling baik dan sempurna, serta Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang mereka ikuti adalah yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah, seperti yang dikatakan ahli kitab itu. Hendaklah orang-orang yang beriman mengerjakan amal yang saleh, melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya karena pahala itu diberikan Allah berdasarkan amal yang dilakukan dengan ikhlas, bukan berdasarkan perkataan dan angan-angan kosong. Allah SWT, mendatangkan agama bukan untuk bermegah-megah dan berbangga-bangga dengan agama itu, tetapi agama didatangkan untuk diamalkan dan dilaksanakan.

Ibnu Jabir dan Abu Hatim meriwayatkan bahwa As Suddi berkata; "Telah bertemu orang-orang Muslimin, orang Yahudi dan Nasrani, maka berkatalah orang Yahudi kepada orang Muslimin `Kami adalah lebih baik dari pada kamu; agama kami didatangkan sebelum agamamu dan kitab kami (Taurat) diturunkan sebelum kitabmu (Alquran), Nabi kami diutus sebelum Nabimu diutus dan agama kami mengikuti agama Nabi Ibrahim, dan sekali-kali tidak akan masuk surga, kecuali orang Yahudi. Orang-orang Nasrani berkata demikian pula. Maka berkata pulalah orang-orang Muslim: "Kitab kami datang sesudah kitabmu, Nabi kami datang sesudah Nabimu dan sesungguhnya kamu diperintahkan mengikuti agama kami dengan meninggalkan agamamu, maka kami lebih baik dari pada kamu, agama kami berasal dari agama Ibrahim, Ismail dan Ishak, sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang memeluk agama kami. Maka turunlah ayat ini sebagai peringatan bagi kaum Muslimin terhadap perkataan-perkataan yang demikian.

Di antara sebab yang menimbulkan salah sangka dan angan-angan yang demikian ialah karena kesalahan manusia dalam memahami agama atau mereka sengaja berbuat demikian agar mereka di anggap lebih tinggi dari umat atau bangsa yang lain semata-mata karena Nabi-nabi atau Rasul-rasul diangkat Allah SWT, dart bangsa-bangsa mereka. Dengan kemuliaan dan kemaksuman (terpelihara dari dosa) Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu, mereka merasa telah mendapatkan kemuliaan dan terpelihara pula dan azab Allah SWT. Karena itu menurut anggapan mereka, mereka allan masuk surga dan terlepas dari siksa neraka, tanpa melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan Nya.

Persangkaan dan angan-angan kosong yang demikian telah menjalar pula di kalangan kaum Muslim in, sebagai tersebut dalam ayat ini.

Sikap yang demikian telah dinyatakan pula oleh Ahli Kitab, sebagai tersebut di dalam firman Allah SWT:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ 

Artinya:
Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya"
(Q.S. Al-Ma'idah: 18)

Dan firman Allah SWT

وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَةً 

Artinya:
Dan mereka berkata "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali selama beberapa hari saja".
(Q.S. Al-Baqarah: 80)

Dengan ayat ini Allah SWT, mengingatkan kaum Muslimin bahwa setiap kejahatan yang dilakukan manusia, akan dibalasi Allah, karena segala macam perbuatan baik atau buruk yang dilakukan oleh seseorang, tanggung jawabnya dipikul oleh orang-orang yang mengerjakannya, tidak dipikul oleh orang lain. Karena itu orang yang benar-benar beriman hendaklah senantiasa meneliti dan memperhitungkan setiap pekerjaan yang akan dikerjakannya, sehingga sesuai dengan petunjuk-petunjuk Allah SWT.

Diriwayatkan bahwa di waktu turunnya ayat ini Aba Bakar ra. sangat memperhatikannya dan merasa khawatir. Maka beliau bertanya kepada Rasulullah saw: "Siapakah yang selamat berhubungan dengan ini ya Rasulullah?" Rasulullah saw, menjawab: "Apakah kamu tidak pernah usah, apakah kamu tidak pernah sakit, dan apakah malapetaka tidak pernah menimpamu?" Abu Bakar menjawab: "Pernah ya Rasulullah". Rasulullah berkata: "Itulah dia (pembalasan dari kesalahanmu).

Diriwayatkan pula oleh Muslim dari Abu Hurairah, ia berkata: "Tatkala turun ayat ini kaum Muslimin merasa berat dan sampailah kepada mereka apa yang dikehendaki Allah, maka mereka mengadu kepada Rasulullah saw. Rasulullah menjawab: "Ambillah tempat olehmu dan saling mendekatlah, sesungguhnya setiap musibah yang menimpa manusia itu adalah sebagai tebusan (bagi perbuatannya) sampai kepada duri yang menusuknya dan musibah yang menimpanya".

Dari hadis ini dapat dipahami bahwa segala musibah yang menimpa manusia baik kecil maupun besar sedikit atau banyak adalah sebagai balasan dan kelalaian, kesalahan dan perbuatan buruk yang telah dilakukannya, karena mereka tidak lagi berjalan mengikuti Sunatullah.

Allah berfirman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ 

Artinya:
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
(Q.S. Asy Syura: 30)

Sebahagian Ahli tafsir berpendapat bahwa musibah yang menimpa manusia di dunia ini tidak dapat menghapus azab di akhirat, kecuali bila yang ditimpa musibah itu berusaha menghapus kesalahan dan tindakan buruknya itu dengan amal yang saleh, dengan menguatkan imannya, dengan meninggalkan perbuatan jahat dan bertobat selama ia hidup di dunia. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

Orang-orang yang mengerjakan kejahatan pasti mendapat azab dan Allah dan ia tidak mempunyai penolong dan pelindung selain Allah untuk menghindarkan diri dari azab itu, dan setan yang menjanjikan perlindungan dan pertolongan itu tidak kuasa menepati janjinya.

Asbabun Nuzul Indonesia Depag Surah An-Nisaa' 123


Ibnu Abu Hatim mengetengahkan dari Ibnu Abbas, katanya, "Kata orang-orang Yahudi dan Nasrani, 'Tidaklah akan masuk surga selain kita,' dan kata orang-orang Quraisy, 'Kita tidaklah akan dibangkitkan,' maka Allah pun menurunkan, 'Demikian itu bukan menurut angan-anganmu dan bukan pula angan-angan Ahli Kitab.'" Ibnu Jarir mengetengahkan dari Masruq, katanya, "Kaum Nasrani dan kaum Muslimin saling membanggakan diri mereka. Kata yang pertama, 'Kami lebih mulia daripada kamu,' dan kata yang kedua, 'Bahkan kamilah yang lebih mulia', maka Allah pun menurunkan, 'Demikian itu bukan menurut angan-anganmu dan bukan pula angan-angan Ahli Kitab.'" (Q.S. An-Nisa 123) Diketengahkan yang serupa dengan itu dari Qatadah, Dhahhak, As-Saddiy dan Abu Saleh sedangkan kata-katanya berbunyi, "Pemeluk agama-agama saling membanggakan diri mereka terhadap lainnya." Dan menurut suatu versi, "Segolongan orang-orang Yahudi dan segolongan orang-orang Nasrani serta segolongan orang-orang Islam sedang duduk-duduk, maka kata yang pertama, 'Kami lebih mulia,' kata yang kedua 'Kami lebih mulia,' maka turunlah ayat itu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar!
Apabila ada penulisan yang salah atau kurang tepat.